Proses pembuatan mars desa ini melibatkan berbagai tahapan, mulai dari pengumpulan data, penulisan lirik, penciptaan melodi, hingga proses rekaman. Mahasiswa KKN UNNES bekerja sama dengan musisi lokal untuk menghasilkan karya yang berkualitas. Selain itu, mereka juga melibatkan masyarakat dalam proses voting untuk memilih lirik dan melodi yang paling disukai.
Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi model bagi desa-desa lain dalam mengembangkan potensi lokal dan memperkuat identitas mereka. Dengan dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah dan lembaga pendidikan, diharapkan Desa Glantengan dapat berkembang menjadi desa yang mandiri dan berdaya saing.
Secara keseluruhan, pembuatan mars sebagai simbol Desa Glantengan oleh mahasiswa KKN UNNES adalah langkah yang inovatif dan inspiratif. Ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara generasi muda dan masyarakat dapat menghasilkan perubahan yang signifikan dan positif. Semoga kegiatan ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat bagi masyarakat Desa Glantengan serta menjadi inspirasi bagi desa-desa lainnya.
Pembuatan Mars Desa oleh mahasiswa KKN UNNES menjadi bukti nyata bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam membangun desa. Karya ini tidak hanya memiliki nilai seni, tetapi juga menjadi simbol semangat gotong royong dan kebersamaan masyarakat desa.
Diharapkan Mars Desa ini dapat terus dilestarikan dan menjadi warisan budaya bagi generasi mendatang. Melalui musik, semangat kebersamaan dan cinta tanah air terus berkibar di hati masyarakat desa. Diharap juga bahwa mars desa ini dapat menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Mars dapat dinyanyikan pada berbagai acara, seperti pertemuan desa, nyanyian sambutan saat hari jadi Kota Kudus dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H