Mohon tunggu...
Febry Salsinha
Febry Salsinha Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Universitas Gadjah Mada Fakultas Biologi 2012

Selanjutnya

Tutup

Healthy

How beautiful is my Revenge!

29 Agustus 2013   07:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:40 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kekuatan Pengampunan

Pernahkan anda merasa sakit hati atas peristiwa-peristiwa masa lalu yang mungkin pernah anda anggap kesalahan?  Mungkin itu merupakan kesalahan anda sendiri ataupun kesalahan yang dibuat orang lain terhadap anda. Pertama- tama, cobalah buka kembali cerita anda itu, menolehlah sesekali dan lihat kembali semuanya. Dan resapi kata- kata ini: “pertumbuhan manusia adalah suatu eksperimen, percobaan, dan kekeliruan yang pada akhirnya mengantar kepada kebijaksanaan. Dan merupakan kenyataan bahwa setiap kali anda memilih mempercayai diri sendiri dan melakukan suatu tindakan, anda tidak bisa yakin dengan pasti tentang hasilnya” (Cherie Carter- Scott dalam If Life is a game, These are the rules). Dan mungkin sekarang anda akan mampu memahami kata- kata Elisabeth Kubler- Ross, bahwa tidak ada kesalahan, tidak ada kebetulan. Semuanya adalah berkat yang diberikan kepada kita agar kita bisa belajar darinya. Dan dari peristiwa tersebut, mungkin sekarang anda dapat mengambil sedikit jarak untuk bernapas dan merenungkan kembali mengapa semua peristiwa itu harus terjadi.

Dari semua peristiwa yang terjadi dalam hidup anda tersebut terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang anda anggap sebagai kesalahan tadi, mungkin sempat menggoreskan luka batin yang dalam dan bahkan mungkin masih menganga dalam hati anda. Dan hingga saat ini, anda masih menyimpan perasaan itu dalam  hati anda dan tidak membiarkannya berlalu. Perlu diketahui bahwa terus – menerus menyimpan perasaan bersalah dan dendam dalam diri dapat menciptakan jurang yang dalam antara patokan etika yang anda buat dengan tingkah laku yang anda lakukan. Dengan terus – menerus menyimpan perasaan itu, anda akan semakin menghukum diri sendiri yang kemudian hanya akan membuat jurang tersebut semakin bertambah lebar dan akan semakin besar kemungkinan anda mengulangi tingkah laku yang tidak dapat diterima tersebut. (Cherie Carter – Scott).

Lalu, bagaimana semestinya semua berlangsung? Saya tidak berniat menggurui. Ini hanya bagian dari sharing dan refleksi.  Pada kenyataannya, menyimpan perasaan bersalah atau dendam atas kesalahan orang lain memberikan nyeri fisik dan penderitaan mendalam serta tertutupnya kesempatan – kesempatan besar akan kesuksesan yang ditanggungkan pada diri kita sendiri. Namun dengan memaafkan, baik itu memaafkan diri sendiri atau memaafkan orang lain, kebanyakan orang termasuk diri saya sendiri dapat merasakan perasaan yang jauh lebih baik ketika melepaskan ingatan – ingatan menyakitkan itu. Terkecuali jika ingatan masa lalu tersebut masih mengikuti dan tidak mampu dilepaskan hingga saat ini turut serta membentuk pola pikir dan cara kita bertingkah laku. Jika anda termasuk dalam bagian ini, mungkin sudah saatnya menyembuhkan luka batin itu dan memaafkan masa lalu anda. Kembali lagi, bukankah semuanya itu harus terjadi agar anda menjadi lebih dewasa dan bijak?

Bagaimana mungkin memafkan? Akankah semuanya berjalan baik – baik saja? Kamu tidak tahu apa yang sudah saya rasakan. Yaaah... tidak ada yang pernah mengatakan bahwa memaafkan itu mudah. Memaafkan adalah suatu kegiatan rohaniah yang membutuhkan energi lebih untuk melepaskan semua belenggu. Begitu mudahnya mengucapkan hal itu ketimbang melakukannya. Tapi percayalah, energi yang anda keluarkan untuk memaafkan akan sangat sepadan, atau bahkan lebih kecil jika dibandingkan dengan energi yang anda butuhkan untuk terus menyimpan perasaan dan stress itu dalam hati anda. Dan yakinlah, seperti yang pernah dikatakan Mohandas Gandhi, Orang yang lemah tidak pernah bisa memaafkan, kemampuan memaafkan adalah sifat orang yang kuat. Dan ketika anda berhasil melakukanya, andalah orangnya- orang yang cukup kuat untuk melanjutkan hidup, and God knows you’re strong enough.

Memaafkan merupakan bentuk pembalasan  indah dari kita atas kesalahan orang lain, yang kini populer yang dimanfaatkan pula untuk mengendalikan amarah kita sendiri, memulihkan stress panjang, membawa kembali kesehatan fisik dan batin serta menanamkan rasa damai yang tidak berakhir (Chicken Soup for the Soul – Life Lessons). Maka jika anda merasa terkekang dan tidak merasa memiliki cukup ruang gerak untuk mensyukuri dan menjalani hidup anda dengan semestinya, cobalah sembuhkan perasaan hati dan rasa sakit terhadap keberadaan kesalahan itu dengan hening dan maaf. Dan bila anda masih tidak cukup sanggup berdamai langsung dengan masa lalu itu, mungkinkah jika saya meminta izin kepada anda untuk mencoba memaafkan  semuanya itu dari dalam hati anda?

Tarik napas perlahan dan cobalah berpikir jika anda masih tidak mungkin memaafkan semua ingatan itu. Bukankah kehidupan itu hitam putih? Yah, itulah hidup. Dan satu hal yang saya yakini,  seperti yang dikatakan Henry Ward Beecher: “Tuhan tidak menanyakan kepada manusia apakah dia mau menerima kehidupan itu.  Itu bukan pilihan. Kita harus menerimanya. Satu – satunya pilihan adalah bagaimana cara kita menerimanya.  Dan memaafkan adalah bentuk penerimaan keberadaa hitam-putih hidup itu. Memaafkan berarti menerima bentuk kehidupan yang terkadang nampak tidak adil.

Lalu, apakah  saya akan baik- baik saja setelah melupakan semuanya? Saya tidak bisa menjamin sepenuhnya. Pengalaman hidup andalah yang mampu berbicara soal itu. Setelah anda melupakan semua ingatan menyakitkan itu, tentu akan terjadi bentuk rekonsiliasi, bentuk pendamaian dengan diri anda sendiri, dengan sesama yang melakukan kesalahan, dan dengan Tuhan sebagai pengatur segalanya. Lalu, kira – kira bagaimana perasaan anda setelah itu terjadi?

Dalam The Dinamic Laws of Prosperity, Catherine Ponder sendiri mengungkapkan bahwa tak tehitung banyaknya orang – orang yang diperlakukan secara tidak adil telah melaporkan bahwa mereka merasakan ketenangan setelah mereka memaafkan. Dan bahkan, ternyata memaafkan itu dapat dijadikan teknik untuk menjadi kaya raya. Pada intinya, memaafkan berarti memberi kesempatan dan manfaat yang jauh lebih luas terhadap pintu – pintu kejadian dan peluang positif yang muncul. Bahkan dalam bukunya “The Power of Forgiving”, Reader’s Digest, Lisa Collier Cool mengungkapkan penelitian yang telah menemukan bahwa memaafkan dapat mengurangi nyeri punggung, mengurangi stress hingga separuhnya, meningkatkan energi, memulihkan suasana hati, tidur, dan vitalitas fisik secara menyeluruh. Jadi, memaafkan seperti yang diungkapkan Corrie ten Boom berarti membebaskan orang yang dipenjara dan menyadari bahwa yang terpenjara itu adalah anda sendiri.

Dalam hidup ada kemenangan rohani dan kemenangan spiritual. Terkadang, meskipun kalah, sebenarnya kita menang (Elie Wiesel). Yah, dengan memaafkan, secara fisik kita mungkin akan kelihatan kalah, pasrah, menyerah. Namun secara spiritual, kitalah pemegang kekuatan terbesar. Kitalah pemenang hidup. /(28/08/13)

Referensi:

*Catherine Ponder – The Dinamic Laws of Prosperity - 1963

*Cheria Carter-Scott – If Life is a game, These Are The Rules (Sepuluh aturan untuk menghadapi tantangan hidup) - 2004

*Chicken Soup for the Soul – Life Lessons (Mencintai kehidupan yang kita jalani) – 2007

*Lisa C. Cool – “The Power of forgiving”, Reader’s Digest – 2004.

*Paulus Mudjiran – Menemukan  Diri melalui Renungan dan Doa –2004

*Susan Brandis Slavin – Indahnya Pembalasanku - 2007

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun