Mohon tunggu...
Febroni Purba
Febroni Purba Mohon Tunggu... Konsultan - Bergiat di konservasi ayam asli Indonesia

Nama saya, Febroni Purba. Lahir, di Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Menempuh pendidikan SD hingga SMA di Kota Medan. Melanjutkan kuliah ke jurusan ilmu Peternakan Universitas Andalas. Kini sedang menempuh pendidikan jurusan Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Pernah menjadi jurnalis di majalah Poultry Indonesia selama tiga tahun. Majalah yang berdiri sejak tahun 1970 ini fokus pada isu-isu ekonomi, bisnis, dan teknik perunggasan. Di sana ia berkenalan dengan banyak orang, mengakses beragam informasi seputar perunggasan Tanah Air dan internasional. Samapai kini ia masih rajin menulis, wawancara dan memotret serta berinteraksi dengan banyak pihak di bidang peternakan. Saat ini dia bergabung di salah satu pusat konservasi dan pembibitan peternakan terpadu ayam asli Indonesia. Dia begitu jatuh cinta pada plasma nutfah ayam asli Indonesia. Penulis bisa dihubungi via surel febronipoultry@gmail.com. atau FB: Febroni Purba dan Instagram: febronipurba. (*) Share this:

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mentan: Toko Tani Murah sebagai Solusi Permanen

13 Juli 2015   19:41 Diperbarui: 13 Juli 2015   19:41 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Menteri Pertanian Amran Sulaiman (kiri) duduk semeja bersama para awak media di acara buka bersama menteri pertanian di Kantor Kementrian Pertanian, Jakarta, Jumat, (10/7)."][/caption]

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menggelar buka puasa bersama dengan anak yatim piatu, wartawan, BUMN, dan asosiasi. Mentan duduk semeja dengan Ketua Serikat Petani Indonesia Henry Saragih, serta pejabat eselon di lingkungan pertanian.

Usai menyantap hidangan buka puasa, Amran bergeser ke meja wartawan. Lalu disalaminya para buruh tinta itu. Ia mulai bercerita mengenai perkembangan harga bahan pokok di pasar. Amran mengaku telah turun langsung ke pasar untuk mengecek harga kebutuhan pokok seperti pangan. Kemudian para awak media bergegas mengeluarkan alat rekam, kamera, pena, dan kertas.

Amran menjelaskan tentang pembicaraannya dengan presiden beberapa hari sebelumnya mengenai harga bahan pokok yang naik setiap tahun. Ia menilai masalah tersebut perlu dicari solusi permanen. Amran berkata, kementan dan Bulog akan membuat toko tani murah di setiap pasar di seluruh Indonesia. Toko tani murah ini bertujuan untuk memutus rantai pasokan dan mengendalikan harga komoditas strategis, seperti beras, cabai, bawang, kedelai, jagung, dan daging. “Kami sudah membentuk tim dengan Bulog untuk membuat toko tani murah. Kita tidak berwacana. Kita akan jalan bulan ini,” ia meyakinkan.

Tingginya harga bahan pangan terjadi karena rantai pasokan yang bahan pangan yang panjang, sehingga berakibat melonjaknya harga komoditas bahan tersebut. Menurutnya Amran, panjang rantai tersebut bisa sampai tujuh rantai. Ia membandingkan lima produk pangan dengan produk unilever di seluruh dunia. “Produk unilever di seluruh dunia ada 1600 item dengan harga yang stabil. Kita cuma mengurus lima produk pangan bisa bikin pusing,” kata Amran.  

Setelah mentan bicara soal harga, seorang wartawan dengan nada curiga bertanya kepada mentan, “apa tanggapan presiden ketika pak mentan berkunjung ke pasar, sementara pak mendag (menteri perdagangan Rahmat Gobel) ke petani?” Sebelumnya, dikabarkan bahwa mentan mengecek harga bahan pokok ke Pasar Kramat Jati. Sedangkan mendag berkunjung ke petani bawang di Cibitung. Kedua menteri tersebut dinilai menabrak wilayah tugas masing-masing. Mentan seharusnya turun ke petani sementara mendag blusukan ke pedagang.

Menanggapi itu, Amran mengatakan itu adalah tanda-tanda positif karena bisa bersinergi antar kementrian. Menurut Amran, ia telah berkordinasi dengan mendag melalui telepon. “Aku ke petani ya,” Amran meniru ucapan Gobel. “Aku ke pasar ya.” jawab Amran kepada Gobel. “Tidak ada masalah. Damai itu indah,” kata Amran tertawa.

Amran menjelaskan bahwa pertanian itu ditentukan oleh pemangku kepentingan, seperti Kementrian PU, Kementrian BUMN, dan Bulog. “Kadang menteri PU melihat irigasi, menteri BUMN kadang melihat panen hasil pertanian,” kata Amran. Yang salah itu, lanjut Amran, ketika saya ke pasar, pak mendag melarang bahwa itu wilayahnya. Amran mengaku pertukaran blusukan tersebut setelah ada kordinasi. “Kita ini merah putih. Justru itulah tanda-tanda bagus,” pungkasnya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun