Mohon tunggu...
Febroni Purba
Febroni Purba Mohon Tunggu... Konsultan - Bergiat di konservasi ayam asli Indonesia

Nama saya, Febroni Purba. Lahir, di Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Menempuh pendidikan SD hingga SMA di Kota Medan. Melanjutkan kuliah ke jurusan ilmu Peternakan Universitas Andalas. Kini sedang menempuh pendidikan jurusan Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Pernah menjadi jurnalis di majalah Poultry Indonesia selama tiga tahun. Majalah yang berdiri sejak tahun 1970 ini fokus pada isu-isu ekonomi, bisnis, dan teknik perunggasan. Di sana ia berkenalan dengan banyak orang, mengakses beragam informasi seputar perunggasan Tanah Air dan internasional. Samapai kini ia masih rajin menulis, wawancara dan memotret serta berinteraksi dengan banyak pihak di bidang peternakan. Saat ini dia bergabung di salah satu pusat konservasi dan pembibitan peternakan terpadu ayam asli Indonesia. Dia begitu jatuh cinta pada plasma nutfah ayam asli Indonesia. Penulis bisa dihubungi via surel febronipoultry@gmail.com. atau FB: Febroni Purba dan Instagram: febronipurba. (*) Share this:

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Peradaban Leluhur di Lembah Besoa

16 Mei 2015   04:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:59 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14299279901564365991

[caption id="attachment_362592" align="aligncenter" width="300" caption="Situs Arca Tadulako (Sumber: http://sultengexploride.blogspot.com/2012/08/megalitikum-besoa.html)"][/caption]

“Bagaimana batu seberat dan sebesar itu bisa sampai di hamparan padang?” Mungkin itu yang ada di benak kita kalau berkunjung ke situs megalitikum di Lembah Besoa, Sulawesi Tengah. Di sana terdapat ratusan hasil daya cipta dari leluhur berupa patung batu (arca) dan bejana raksasa yang besarnya bisa dua sampai empat kali tubuh manusia dewasa.
Tadulakao adalah satu satu arca yang paling fenomenal di Lembah Besoa. Patung ini mempunyai simbol panglima di dada, mata bulat melotot, memakai ikat kepala (pekabalu), dan bagian pelipis terdapat benjolan yang menunjukkan telinga, tangan mengarah ke alat kelamin yang menonjol.1 Para ahli arkeolog menduga megalitikum di Lembah Besoa ini berusia 3000-4000 sebelum masehi.
Sulit dimengerti bagaimana para leluhur bisa “menciptakan” megalitikum di padang rumput yang dikelilingi oleh perbukitan kecil. Batu mega tersebut dipahat lalu digotong ke Lembah Besoa yang tingginya seribu meter di atas permukaan laut. Mustahil pencapaian mereka berhasil kalau para leluhur tidak kreatif, malas, dan lambat bekerja.
Rupanya nenek moyang kita sudah menguasai ilmu mengukir batu sejak jaman prasejarah. Mereka mampu memahat batu mega menjadi ukiran monumental dan tahan lama meskipun teknologi pada masa itu belum secanggih sekarang. Peninggalan megalitikum ini menyingkapkan satu fakta bahwa nenek moyang orang Indonesia memiliki daya cipta besar.
Megalitikum di Lembah Basoa selain Tadulako adalah Kalamba (tempayan batu). Karya mega ini berupa belanga raksasa lengkap dengan penutupnya. Situs Megalit ini tingginya mencapai dua meter dengan diameter 1,5 meter. Konon, Kalamba dipercaya sebagai tradisi nenek moyang untuk menghormati roh-roh pelaut dengan menaruh sesaji. Meski bersifat mistis, namun dibalik karya mega ini menunjukkan kehebatan berdaya cipta para leluhur.
Namun, orang Indonesia masa kini pada umumnya tergolong belum mampu berdaya cipta. Buktinya, bahan baku minyak bumi Indonesia diekspor ke luar negeri untuk diolah lalu dan dijual lagi ke Indonesia. Ironisnya, di bumi Indonesia ini masih sulit swasembada jagung, kedelai, gula, garam, dll. Ini menunjukkan masih kurangnya ketekunan, kemauan dan semangat besar para pemangku kepentingan dalam berswasembada pangan.
Berdasarkan laporan Indeks Daya Saing Global 2014-2015, peringkat daya saing Indonesia berada di peringkat 34 dari 144 negara. Di tingkat ASEAN, Indonesia kalah dengan tiga negara tetangga, yaitu Singapura (peringkat 2), Malaysia (ke-20), dan Thailand (ke-31).2 Megalitikum Lembah Besoa—Tadulako dan Kalamba—hasil karya para leluhur ini mestinya mendorong Indonesia menjadi negara maju. Namun, budaya kreatif tersebut seakan-akan mati bersama pendahulunya.
Negara-negara maju seperti Eropa, Amerika, dan Jepang pasti memiliki daya cipta yang kuat. Jepang merupakan bangsa berdaya cipta tinggi sehingga mampu menandingi negara barat dalam melahirkan teknologi canggih. Pencapaian besar bangsa Jepang di bidang teknologi lantaran masyarakatnya berdisiplin, tekun dan kerja keras.
Membuat Arca Tadulako dan Kalamba jelas menuntut kekreatifan, ketekunan, dan semangat besar. Ketiga hal ini adalah budaya Indonesia dan tentu saja merupakan modal besar untuk memajukan bangsa. Memetik hikmah dari Tadulako dan Kalamba tentu bukan menjadikannya sebagai berhala melainkan memotivasi kita untuk membuat karya-karya besar serupa sesuai dengan konteks masa kini.
Sayangnya, karya megalitikum Lembah Besoa kurang diperhatikan. Kita kurang menghargai sebuah karya mega sehingga penyakit lama ini membuat beberapa budaya Indonesia hilang atau dicaplok oleh bangsa lain. Sudah saatnya pemerintah lebih memperhatikan budaya-budaya semacam ini sehingga kelestariannya terjaga.

Dari Lembah Besoa kita belajar bagaimana ketekunan, kemauan, dan semangat dalam berdaya cipta para leluhur.
Catatan:
1. Yayuk Sri Budi R dan Asdep Urusan. Purbakala & Permuseuman/Proyek Pengembangan Media Kebudayaan (2003).  HYPERLINK "http://www.pelita.or.id/cetakartikel.php?id=18218"
2. “Membaik, Peringkat Daya Saing Indonesia Ke Peringkat 34 Dunia” dalam situs Beritasatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun