Mohon tunggu...
Febroni Purba
Febroni Purba Mohon Tunggu... Konsultan - Bergiat di konservasi ayam asli Indonesia

Nama saya, Febroni Purba. Lahir, di Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Menempuh pendidikan SD hingga SMA di Kota Medan. Melanjutkan kuliah ke jurusan ilmu Peternakan Universitas Andalas. Kini sedang menempuh pendidikan jurusan Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Pernah menjadi jurnalis di majalah Poultry Indonesia selama tiga tahun. Majalah yang berdiri sejak tahun 1970 ini fokus pada isu-isu ekonomi, bisnis, dan teknik perunggasan. Di sana ia berkenalan dengan banyak orang, mengakses beragam informasi seputar perunggasan Tanah Air dan internasional. Samapai kini ia masih rajin menulis, wawancara dan memotret serta berinteraksi dengan banyak pihak di bidang peternakan. Saat ini dia bergabung di salah satu pusat konservasi dan pembibitan peternakan terpadu ayam asli Indonesia. Dia begitu jatuh cinta pada plasma nutfah ayam asli Indonesia. Penulis bisa dihubungi via surel febronipoultry@gmail.com. atau FB: Febroni Purba dan Instagram: febronipurba. (*) Share this:

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tak Semua Harga Daging Sapi Rp 80 Ribu

30 Juni 2016   10:28 Diperbarui: 30 Juni 2016   10:50 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Has dalam (Tenderloin) biasanya diolah menjadi steak (panggang). Harga Tenderloin berkisar Rp 120 ribu - Rp 130 ribu (Dok. Pribadi)

Melepas ego sektoral

Tanggal 11 Juni lalu, empat menteri—Amran Sulaiman (Menteri Pertanian), Thomas Lembong (Menteri Perdagangan), Saleh Husin (Menteri Perindustrian), dan Puspayoga (Menteri Koperasi dan UKM)—bersepakat untuk menstabilkan harga pangan. Sebelumnya ada indikasi bahwa pengendalian harga pangan khususnya daging sapi mengalami kegagalan. Hal itu sempat diakui oleh Thomas Lembong. “Jadi memang benar bahwa saya secara terbuka mengakui bahwa pemerintah telat (impor daging sapi) dalam hal ini. Sekarang kami terutama kementerian terkait sudah sangat cair,” ungkapnya dengan suara sedikit pelan di hadapan para blogger Kompasiana.

Ia mengakui bahwa pemerintah tidak bisa jalan sendiri untuk mencapai target yang diharapkan. Untuk itu, dia meminta kepada para para penulis (anggota) Kompasiana bisa memantau kebijakan pemerintah. “Kami mohon kepada kawan-kawan semua (anggota Kompasiana), presser jangan dilepas, tetap pantau dan kritik kami. Terus tetang itu sangat membantu melepaskan ego sektoral antar kementerian,” pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun