Mohon tunggu...
Febroni Purba
Febroni Purba Mohon Tunggu... Konsultan - Bergiat di konservasi ayam asli Indonesia

Nama saya, Febroni Purba. Lahir, di Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Menempuh pendidikan SD hingga SMA di Kota Medan. Melanjutkan kuliah ke jurusan ilmu Peternakan Universitas Andalas. Kini sedang menempuh pendidikan jurusan Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Pernah menjadi jurnalis di majalah Poultry Indonesia selama tiga tahun. Majalah yang berdiri sejak tahun 1970 ini fokus pada isu-isu ekonomi, bisnis, dan teknik perunggasan. Di sana ia berkenalan dengan banyak orang, mengakses beragam informasi seputar perunggasan Tanah Air dan internasional. Samapai kini ia masih rajin menulis, wawancara dan memotret serta berinteraksi dengan banyak pihak di bidang peternakan. Saat ini dia bergabung di salah satu pusat konservasi dan pembibitan peternakan terpadu ayam asli Indonesia. Dia begitu jatuh cinta pada plasma nutfah ayam asli Indonesia. Penulis bisa dihubungi via surel febronipoultry@gmail.com. atau FB: Febroni Purba dan Instagram: febronipurba. (*) Share this:

Selanjutnya

Tutup

Politik

Populasi Sapi Potong Kian Menyusut

17 Juli 2015   15:18 Diperbarui: 17 Juli 2015   15:18 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

POPULASI sapi potong di Indonesia dalam dua tahun terakhir ini kian menyusut. Berdasarkan data Kementrian Pertanian, populasi sapi potong nasional 2013 sebanyak 12,69 juta ekor. Pada 2014 berada pada kisaran 12,5 juta ekor. Penurunan populasi sapi ini disebabkan karena kebijakan pemerintah dalam me
mbatasi volume impor sapi bakalan.

Kementrian Perdagangan telah mengeluarkan izin impor sekitar 50 ribu ekor pada kuartal III (Juli-September) tahun ini. Jumlah ini jauh di bawah angka 250 ribu ekor yang diimpor pada kuartal II. Izin impor pada kuartal kali ini dinilai terlalu rendah.

Ketua Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia (NAMPA) Ishana Mahisa, Rabu (15/7), di Sentul, mengungkapkan, dalam waktu lima tahun lagi dipastikan Indonesia menjadi importir sapi 100 persen. “Kebijakan pemerintah membatasi impor sapi tentu akan berdampak terhadap pemotongan sapi lokal,” katanya.

Menurutnya, impor sapi dalam jumlah besar bukan berarti kita tidak mendukung swasembada daging sapi. Impor sapi dilakukan untuk memberi kesempatan peningkatan populasi sapi lokal. “Jika impor dibatasi sementara kebutuhan daging meningkat, dapat berakibat terjadinya pemotongan sapi lokal secara besar-besaran, termasuk betina produktif,” jelasnya.

Pada pemerintahan sebelumnya terhitung telah empat kali gagal swasembada daging sapi. Bahkan, menteri pertanian Suswono sebelum mengakhiri masa jabatannya sempat mengatakan, kegagalan swasembada daging sapi akibat salah hitung. “Kita tidak akan pernah berhasil swasembada daging jika pemerintah (sekarang) tidak belajar dari kegagalan sebelumnya,” kata Ishana.

Ishana mengatakan, sebaiknya pemerintah berupaya membenahi sektor hulu (pembibitan). Pemerintah harusnya bisa menyediakan bibit sapi yang berkualitas sehingga populasi sapi bisa meningkat. Dengan demikian, jangka pendeknya adalah dengan memproduksi betina unggul sebanyak-banyaknya sesuai dengan genetik dan alam Indonesia. “Sapi seperti sekarang ini sulit untuk menjamin ketersediaan industri hilir (pengolahan) di Indonesia,” katanya.

Pola pemeliharaan sapi di Indonesia pada umumnya masih menerapkan sistem lama. Jumlah ternak yang dipelihara satu orang peternak berkisar antara 1-10 ekor. “Sebagian besar peternak didominasi oleh peternakan rakyat yang minim pengetahuan tentang pakan, genetik, penyakit, dan good manifacturing practice (GMP),” ujarnya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun