Belakangan permainan lato-lato kembali digandrungi oleh anak-anak. Permainan sederhana yang menghasilkan suara kontan beruntun saat dimainkan ini sebenarnya pernah sangat populer di Indonesia pada era 1990-an. Ternyata permainan ini terinspirasi dari senjata yang digunakan oleh koboi di masa lalu.Â
Lato-lato pernah menjadi permainan yang dilarang karena dianggap berbahaya bagi anak-anak. Dulu, lato-lato terbuat dari kaca atau plastik yang mudah pecah. Karena bahan yang digunakan, Lato-Lato mudah pecah dan serpihannya bisa melukai anak-anak. Â
Lato-lato adalah permainan sederhana dari bola-bola plastik atau karet yang diikat dengan dua tali untuk membentuk bandul. Lato-lato dimainkan dengan cara memukul dua bola secara berulang-ulang tanpa jeda. Siapa pun yang berhasil bermain paling lama adalah pemenangnya.
Saat dua bola berbenturan, terdengar suara "tek, tek, tek" yang khas dan unik. Munculnya suara ini menjadi kepuasan tersendiri bagi para pemainnya, karena dengan munculnya suara tersebut berarti mereka berhasil memukul dua bola lato-lato. Namun, bagi orang yang tidak memainkannya, suara yang dihasilkan bisa mengganggu dan membingungkan.
Lato-lato disebut juga dengan Nok-Nok dalam bahasa Sunda sedangkan permainan ini disebut Tok-Tok dalam bahasa Jawa. Nama Sunda dan Jawa sebenarnya berasal dari bunyi permainan ini.
Konon lato-lato terinspirasi dari senjata Argentina yang disebut bolas. Koboi di Argentina menggunakan senjata ini untuk menangkap guanaco. Lato-lato mengikuti bentuk bola tetapi terbuat dari tempered glass untuk dimainkan anak-anak.
Lato-lato adalah gim yang memiliki banyak nama termasuk clacker, click-clacks, knockers, dan banyak lainnya. Mainan lato-lato saat ini juga memiliki bentuk yang sangat berbeda-beda, tidak hanya ukurannya saja yang bisa berbeda, tetapi juga memiliki motif yang unik, seperti gambar dan motif yang unik.
Lato Lato menjadi game yang populer di Amerika pada tahun 1960-an dan 1970-an dan ternyata game ini memakan banyak korban jiwa. Pada saat itu lato-lato terbuat dari kaca dan permainan ini dimainkan dengan cara dipukul. Akibatnya lato-lato pecah, pecahannya bisa melukai tubuh anak-anak yang bermain dengannya.
Pembuat mainan kemudian secara perlahan mengalihkan bahan mainan mereka ke plastik. Sayangnya, plastik yang sering bertabrakan dengan cepat tetap tidak menyelesaikan masalah. Lumbung plastik lebih sering meledak dan masih melukai pemain.
The New York Times melaporkan di groovyhistory.com pada 12 Februari 1974 bahwa Lato-lato melukai setidaknya empat pemain. Food and Drug Administration Amerika Serikat (FDA) kemudian memperingatkan masyarakat tentang risiko keamanan mainan tersebut. Segera setelah itu, dewan sekolah setempat melarang permainan tersebut.
Lato-lato terbuat dari bahan polimer seiring waktu. Hal ini dimaksudkan agar lato-lato yang beredar saat ini tidak mudah dibobol dan lebih aman untuk dimainkan. Saat ini ada banyak yang berkompetisi di permainan lato-lato. Persaingan ini menjadi salah satu alasan mengapa game ini kembali populer.