Mohon tunggu...
Febri Resky Perkasa Siregar
Febri Resky Perkasa Siregar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya menulis dunia seperti apa adanya, jika dunia salah saya akan menulis seperti apa seharusnya. Steller; @febrisiregarr Jakarta-Solo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Tentang Pemuda yang Menjadi Sebuah Kitab

18 April 2016   20:01 Diperbarui: 18 April 2016   23:18 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perih sekali mendengar kata-katanya yang bercampur dengan lipatan udara. Seakan-akan merobek nadiku hingga sebotol minuman keras terpenuhi darah.

“Nusantara, apa yang bisa aku perbuat untuk mengubah Indonesia kembali pada masa kejayaan?. Aku ingin sekali memperbaiki akhlak bangsa Indonesia. Aku tak ingin melihat arwah-arwah para leluhur menangis, Nusantara. ”

“Niatmu sungguh terpuji Pemuda. Aku akan memberimu petunjuk. Tetapi kau harus berjanji kepadaku, kau harus mengubah Indonesia kembali pada masa kejayaannya bahkan melebihi yang dahulu. Jika kau melanggarnya maka kau akan menjadi seperti orang ini.”

Mendadak dari tanah, muncul tubuh orang yang terbakar. Warnanya hitam legam. Kulitnya penuh dengan borok dan dihiasi nanah yang baru matang. Baunya sangat busuk. Tubuhnya hampir-hampir hancur luluh. Belatung-belatung menggeliat keluar dari Sembilan lubang tubuhnya. Menahan mual yang bisa kulakukan.

“Orang ini telah melanggar janjinya, bagaimana pemuda, apakah kau bersedia menjalankan janjimu?”

“Aku bersedia ya Nusantara, aku sudah siap dengan segala apa yang akan terjadi. Ini semua demi Bangsa dan Negara Indonesia.”

“Baiklah kalau itu memang keinginanmu. Hai, Brawijaya dan Siliwangi berdirilah dihadapanku.”

“Baik Nusantara.” Jawab mereka berdua.

“Kalian berdua berikanlah kekuatan hati dan jiwa kalian terhadap pemuda itu. Tetapi berilah yang baik dan singkirkan yang buruk dari dalam jiwa dan raga kalian. Sampaikanlah keluh kesah kalian kepada Pemuda itu.”

“Baik Nusantara” Jawab mereka berdua.

Seketika dari dalam tubuh Brawijaya dan Siliwangi keluarlah cahaya yang begitu terang membentuk sebuah tulisan dilangit. Apa? Dua kalimat syahadat! Kedua leluhur itu mengucapkan sesuatu kepadaku. Terlihat dalam dua raga tetapi satu jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun