Mohon tunggu...
febri prasetyo
febri prasetyo Mohon Tunggu... -

Seorang guru yang masih terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Teori Ketertarikan

17 Juni 2013   19:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:52 1565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DALAM teori ketertarikan ada dua angka penting yang harus diingat, yakni: 8,2 detik dan 4,5 detik. Konon, jika kawan pria atau seseorang lain bertahan memandang anda lebih dari 8,2 detik, maka itu artinya dia sudah jatuh hati dengan anda. Namun jika hanya dalam 4,5 detik saja mereka sudah berpaling, maka anda tak perlu berharap banyak perhatian darinya. Praktik ini bisa terjadi dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Jadi, anda boleh waspada. Karena hal ini bisa terjadi di sekolah, di saat mengajar dan dengan rekan guru atau bahkan murid anda!

FAKTANYA, memang semakin lama pria memandang wanita, maka semakin besar rasa ketertarikan yang muncul (Times of India, 26/03/09). Tapi durasi waktu itu tidak berlaku bagi wanita terhadap pria. Wanita cenderung lebih berhati-hati dalam menjaga pandangan dan mengekspresikan ketertarikannya.

Pandangan antar lawan jenis, jelas jangan dianggap remeh. Seberapa pun jauh perbedaan usia antar keduanya. Karena ketertarikan tidak ada hubungannya dengan usia. Ini masalah rasa. Maka berlaku sangat subjektif. Jauh dari jangkauan akal. Meski demikian pertimbangan rasio pun boleh sedikit berlaku.

Ester Lianawati, seorang psikolog di Jakarta, memberikan gambaran bagaimana ketertarikan itu muncul. Ada yang muncul dalam pandangan pertama. Anak-anak muda sekarang lebih mengenalnya dengan istilah at the first sight. Metode ini terlalu rawan dan berbahaya. Karena baru tahapan awal ketertarikan. Itu pun lebih pada penampilan fisik semata. Namun bisa menjadi semakin mendalam jika suasana hati lebih mendukung. Kondisi fisiologis seperti jantung berdetak lebih kencang, nafas tak beraturan dll menjadi indikator yang mencerminkan suasana hati itu.

Kedekatan fisik atau jarak menjadi pemicu lain rasa ketertarikan itu muncul. Bekerja di kantor yang sama, sering berangkat dan pulang bersama dan semua aktifitas berupa melewatkan waktu bersama menjadi awal sebuah kedekatan. Kontak fisik yang berulang akan memberikan stimulus berupa ketertarikan padanya bahkan meskipun awalnya dia tidak disukai.

Kondisi lain yang menimbulkan ketertarikan bisa dikarenakan kesamaan dalam hal minat, nilai-nilai, kepribadian dll. Tetapi, seringkali pula perbedaan bisa pula memberikan efek yang sama. Justru karena adanya keunikan pada dirinya, yang tidak dimiliki dapat menggugah kekaguman dan perasaan saling melengkapi. Muncul perasaan saling membutuhkan atas kehadiran satu sama lain karena kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Eloknya, pertengkaran karena perbedaan karakter juga bisa memicu rasa itu. Saat kebencian itu terus tertanam di hati, maka otak menyimpannya sebagai sosok yang selalu diingat. Semakin lama kita menyimpan rasa tidak suka itu, maka selama itulah sosoknya menjadi imaji dalam benak kita. Dan semakin sering imaji itu hadir, maka semakin rasa ketertarikan itu muncul.

Tentu saja semua kondisi di atas tidak akan berpengaruh apapun jika rasa dan emosi itu tidak terlibat. Karena di situlah wilayah dari perasaan saling ketertarikan. Tanpa respon yang berlebih tentu kondisi apapun tak ada artinya. Asal hati tak terusik maka lingkungan fisik tak berdaya sama sekali.

Teori tentang ketertarikan ini menjadi menarik bagi saya karena sebuah nasihat. Nasihat ini saya dapatkan tiga kali berturut-turut darinya. Biasanya sesuatu yang ditekankan dan berulang-ulang, maka berarti memang begitu penting. Sebenarnya singkat saja nasihatnya, “Jangan sekali-kali kau berkeluh kesah tentang urusan rumah tanggamu dengan rekan pengajar lain apalagi yang berlainan jenis”, begitu khotbah teman saya itu.

Asal muasal nasihat itu juga dia jelaskan. Semua ini demi keprihatinannya melihat banyaknya kasus perselingkuhan antar para pengajar di satu sekolah. Perselingkuhan yang sudah begitu mencengangkan dan begitu mudah diceritakan oleh para pelakunya dengan ketenangan yang luar biasa. Seolah ini sebuah gaya hidup yang pantas dibanggakan.

Seorang guru berstatus PNS di kota X sebuah saja XL (45) ketahuan berada di sebuah kamar hotel M dengan PNS dari dinas Y diluar jam dinas, begitu isi berita sebuah surat kabar harian N. Program berita di televisi R bahkan menayangkan dengan begitu jelas saat petugas satpol PP merazia mereka yang tengah gelagapan karena dalam keadaan tak berbusana lengkap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun