Mohon tunggu...
Febrina Bernadeth Situmorang
Febrina Bernadeth Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Music teacher

Mahasiswa Magister Pendidikan UPH batch 49

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Zone of Proximal Development - Teori Vygotsky

17 Desember 2022   23:09 Diperbarui: 17 Desember 2022   23:16 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ZPD (Zone of Proximal Development) atau zona perkembangan proksimal diartikan sebagai perkembangan terdekat. Tahapan menurut Vygotsky;

1. Tetap tidak dapat diselesaikan sekalipun telah dibantu

2. Dapat diselesaikan dengan bantuan (ZPD) 

3. Dapat diselesaikan tanpa bantuan 

Konsep zona perkembangan proksimal (ZPD) dikembangkan oleh Lev Semenovich Vygotsky akhir-akhir ini 1920-an dan dielaborasi secara progresif hingga kematiannya pada tahun 1934. In Mind in Society: The Development of Higher Proses Psikolohis, Vygotsky mendefinisikan ZPD sebagai "jarak antara tingkat perkembangan aktual sebagai ditentukan oleh pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensi yang ditentukan melalui masalah pemecahan di abwah bimbingan orang dewasa atau bekerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu atau mengerti materi pelajaran. 

ZPD yang dipahami oleh Vygotsky untuk menggambarkan tingkat perkembangan peserta didik saat ini atau aktual dan tingkat berikutnya yang juga dapat dicapai melalu penggunaan alat semiotika dan lingkungan mediasi dan fasilitasi orang dewasa atau teman sebaya yang mampu. Idenya adalah bahwa individu belajar paling baik ketika bekerja sama dengan orang lain selama kolaborasi bersama, dan itu melalui upaya kolaboratif semacam itu dengan orang-orang yang lebih terampil, peserta didik belajara dan menginternalisasi konsep baru, alat psikologis dan juga keterampilan. 

Roosevelt (2008) berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan dari perspektif Vygotsky adalah untuk menjaga peserta didik agar tetap dalam ZPD mereka sendiri. Sesering mungkun dengan memberi mereka pembelajaran dan tugas pemecahan masalah yang menarik dan bermakna scara budaya sedikit lebih sulit daripada apa yang mereka lalukan sendiri, sehingga mereka perlu bekerjasama dengan yang lain, hal ini juga menunjukan bahwa memang sejatinya manusia adalah maklum sosial, dimana ketika satu dua orang atau lebih berkolaborasi, tugas lebih ringan dan materi yang dipelajari dapat lebih dimengerti. Idenya adalah setelah menyelesaikan tugas secara bersama-sama, peserta didik kemungkinan besar lebih mengerti dan dapat menyelesaikan tugas yang sama dari sebelumnya secara individu di waktu yang akan datang. Melalui proses itu, proses ini kemudian diulangi pada tingkat kesulitan tugas yang lebih tinggi bobotnya, ZPD baru dibutuhkan lagi untuk peserta didik yang membutuhkannya.

Sederhananya, ZPD juga dapat diartikan dengan tutor sebaya. Difesensiasi dalam proses pembelajaran adalah hal yang penting untuk disiapkan pendidik, karena daya tangkap dan juga minat bakat tiap peserta didik berbeda-beda, maka ZPD bisa kita gunakan untuk peserta didik kita yang membutuhkan bantuan.

Contoh di pelajaran musik, di dalam kelas dengan jumlah anak lebih dari 20 orang berlatar belakang yang berbeda dan memiliki minat dan bakat yang berbeda pula pastinya ZPD sangatlah efektif untuk dilakukan. Ada peserta didik yang mengikuti kursus musik di luar sekolah, untuk mengikuti materi musik tentu saja jauh lebih mudah untuk mereka yang sudah mengenal simbol musik dan tangga nada sebelumnya, dibandingnya dengan mereka yang belum pernah kenal sama sekali dengan simbol musik dan tangga nada. Maka bila pengajar menggunakan metode kolaborasi, penting sekali untuk menyatukan peserta didik dengan higher level skill bersama dengan yang kurang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun