Sejauh mana negara ini peduli? Itulah pertanyaan yang selama ini dapat kita lontarkan ketika kita masih merasakan kesusahan. Sebelumnya, harus dipahami terlebih dahulu bahwa yang dimaksud negara di sini adalah pemerintah. Karena pemerintahlah yang menjalankan suatu negara. Permasalahan-permasalahan yang sederhana sampai dengan yang kompleks tidak pernah diatasi dengan serius. Permasalahan yang sederhana seperti kebutuhan pokok manusia sulit diatasi. Mungkin karena pemerintah terlalu kerepotan mengurus masyarakat Indonesia yang segitu banyaknya. Tapi, apa dugaan itu mungkin, sedangkan pemerintah sendiri dipilih dari atau atas perwakilan daerah-daerah di Indonesia, yang seharusnya mengerti permasalahan yang dialami oleh masyarakat di daerah tersebut. Akar dari permasalahan ini dapat berasal dari dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mungkin berasal dari masyarakat itu sendiri yang malas bekerja atau etos kerja yang rendah, keterbatasan wawasan masyarakat daerah tersebut, kurangnya keterampilan sehingga masyarakat tersebut tidak atau belum mampu mandiri. Sedangkan faktor eksternalnya dapat berasal dari kebijakan pembangunan yang keliru dan adanya korupsi alokasi anggaran yang seharusnya digunakan untuk pembangunan di daerah tertinggal.
Faktor-faktor internal yang telah disebutkan di atas tidak semata-mata kesalahan masyarakat, melainkan juga terpengaruh dari faktor-faktor eksternal yang terjadi di pemerintahan. Misalnya faktor etos kerja yang rendah, mungkin sebenarnya masyarakat ingin adanya perubahan atau pembangunan dalam bidang perekonomian di daerahnya. Namun, karena sempitnya lapangan pekerjaan dan didukung oleh faktor-faktor lainnya menyebabkan masyarakat di daerah tertentu cenderung malas untuk bekerja atau berwirausaha. Permasalahan lainnya adalah keterbatasan wawasan. Keterbatasan wawasan di sini dapat dikaitkan dengan pendidikan. Pendidikan yang rendah menyebabkan rendahnya wawasan masyarakat. Namun tidak hanya itu saja, mungkin bagi sebagian besar masyarakat saat ini dapat mengenyam pendidikan hingga ke tingkat Perguruan Tinggi, tapi dari lulusan-lulusan atau para sarjana itu belum tentu memiliki kemampuan nyata untuk menyelesaikan suatu permasalahan di masyarakat. Padahal tujuan dari pendidikan itu salah satunya adalah menciptakan manusia yang siap pakai. Artinya, ketika lulus nanti dapat membantu mengatasi atau menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat.
Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia butuh tenaga-tenaga teknis yang sanggup menjadi pelaku dalam pembangunan dan pengembangan di segala bidang di Indonesia. Namun yang terjadi saat ini adalah para tenaga teknis Indonesia justru mengabdikan dirinya di negeri orang. Hal ini berdampak pada terhambatnya pembangunan di negeri sendiri.
Disaat sulit seperti ini, pemerintah justru bertingkah dengan menciptakan kebijakan-kebijakan yang mementingkan golongannya sendiri. Mulai dari peningkatan fasilitas atau tunjangan lainnya. Hal lain justru diperlihatkan oleh pihak swasta, misalnya salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia yang memiliki program untuk membantu mengatasi permasalahan akses (jembatan) di daerah tertinggal di Indonesia. Dibandingkan dengan janji-janji pemerintah yang tidak sepenuhnya dilaksanakan, hal sederhana inilah yang dibutuhkan oleh masyarakat luas di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H