Mohon tunggu...
si rahwana baik
si rahwana baik Mohon Tunggu... Penulis - bercerita menurut peristiwa

tidak perlu tau kapan, yang penting itu pasti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masih Saling Menghargaikah Dalam Beragama?

31 Desember 2021   13:20 Diperbarui: 31 Desember 2021   13:37 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sikap pluralisme adalah dimana kita dapat menghargai perbedaan yang terjadi dalam suatu masyarakat. Dimana sikap ini harus terjalan di tengah masyarakat agar terciptanya keadaan saling tolong menolong yang tanpa memandang ras, agama, maupun suku. Namun sikap ini belum sepenua terjadi di tengah masyarakat,  hal ini sangat terlihat dalam kehidupan sehari-hari, baru-baru ini terjadi di salah satu daerah di jawa timur, dimana ada sala satu keluarga minoritas ber agama Kristen ingin merayakan natal dengan membagi-bagikan makanan secara gratis kepada masyarakat sebagai bentuk rasa syukur dalam menyambut hari natal, namun hal tersebut malah menimbulkan kekacau dimana dalam proses pembagian makanan tersebut ditolak dan di ancam akan dibakar rumahnya oleh masyarakat yang mayoritas beragama *** . hal ini dalam pengakuan salah satu masyarakat yang berada dalam kerumunan tersebut mengatakan jika hal tersebut dalam pembagian makanan takutnya ada peng kristenisasian. Ataupun makannanya mengandung keharaman.

Seharusnya sikap masyarakat dalam wilayah itu tidak melakukan penolakan yang menimbulkan masa. Jika memang hal yang di takutkan takut terjadi bisa di selesaikan dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh ketua rt ataupun rw tersebut. Di dalam agama apapun sesuatu yang menimbulkan ketakutan atau mengancam seseorang tidak dibenarkan , bukankan dalam agama mayoritas di ajarkan jika diwajibkan untuk menghargai seseorang tidak dilihat dari agamanya, sukunya maupun warna kulit tetap diwajibkan untuk menghargainya.

 Ketakutan masyarakat lainnya mungkin jika memakan makanan tersebut akan mengkis keimanan mereka, namun jika dilihat dari pemikiran mereka seperti itu bukankah masih tipis keimanannya jika hilang Cuma gara-gara sebuah makanan, bukankah makanan tidak ber agama kenapa harus ditakutkan ? jika itu tidak melanggar keharaman bagi ummat beragama mayoritas.

Menghargai saudara-saudara kita yang minoritas dengan tidak mengancam apalagi jika ancamannya berupa fisik. Jika memang dalam sebagian pendapat masyarakat mengucapkan selamat natal sama saja dengan merayakan, kita tidak harus mengucapkan semua tergantung diri sendiri. Tetapi bukannya menghargai seseorang adalah kewajiban ?. bukankah banyak saudara yang ber agama minoritas bersuka cita dalam menyambut perayaan hari raya idul fitri maupun idul adha, tanpa takut keimanan mereka luntur, seharusnya sikap saling menghargai lebih dipentingkan daripada ego sesaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun