Penulis: Baek Se Hee
Penerbit: Penerbit Haru
Penerjemah: Ni Made Santika
Jml hal: 232 halaman
Cetakan: Pertama, Agustus 2020
ISBN: 978-623-7351-47-4
"Kekhawatiran adalah bukti bahwa Anda masih hidup" - halaman 109
Buku ini merupakan kelanjutan dari buku pertama dengan judul yang serupa (I want to die but I want to eat tteokpokki). Buku bertema psikologi ini masih menjadi incaran banyak pembaca buku di Korea Selatan maupun di Indonesia. Sang penulis, Baek Se Hee, masih bergulat dengan distimia yang dideritanya. Distimia merupakan kondisi medis dimana penderita mengalami depresi ringan berkepanjangan. Karena saking lamanya mengalami depresi, penderita kadang-kadang melakukan hal-hal yang tidak terduga dan membahyakan dirinya.
Di dalam buku ini, Se Hee-ssi berusaha lebih keras untuk terlepas dan sembuh dari depresinya. Walaupun di beberap bagian buku, Se Hee-ssi mencapai titik terendah dalam hidupnya karena depresi. Untung saja, dengan bantuan dan kasih sayang kekasihnya yang selalu menemani selama masa penyembuhan, Se Hee-ssi dapat terlepas dari belenggu depresi sedikit demi sedikit.
Kisah dalam buku kedua diawali tepat setelah akhir cerita pada buku pertama. Buku kedua ini masih menggunakan format yang sama dengan buku pertama. Disajikan dalam bentuk percakapan antara Se Hee-ssi dengan psikiaternya. Menurut saya, dalam buku kedua percakapan antara Se Hee-ssi dan sang psikiater tidak seintens di buku pertama. Walaupun di sebagian buku kedua ada bagian yang cukup 'dark' karena menyinggung usaha bunuh diri dan self harm. Namun, jika pembaca bisa mengambil nilai-nilai yang ada dalam buku dengan bijak, maka pembaca akan mengerti pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.
Buku kedua memiliki akhir yang tidak terlalu pasti. Tidak seperti novel yang biasanya memiliki ending jelas, entah akhir yang bahagia ataupun sedih. Buku kedua ini diakhiri dengan Se Hee-ssi yang terlepas dari distimia yang dideritanya, namun malah memiliki masalah baru. Kesepian dan kehampaan. Sedikit cerita di bagian akhir, menjelaskan tentang bagaimana cara mengatasi kesepian dan kehampaan. Padahal, di dekatnya selalu ada orang yang siap membantu.
Secara keseluruhan, buku kedua ini cukup kontras dengan buku pertamanya. Tentu saja sangat layak dibaca. Terutama bagi pembaca yang merasa hidupnya tidak berarti, pembaca yang merasa kurang mencintai diri sendiri. Buku ini sangat bagus sebagai referensi tentang bagaiman cara mengatasinya. Buku ini menjadi bestseller di Korea Selatan dan Indonesia karena cara penulis menuturkan dalam bukunya sangat sesuai dengan kondisi sebagian besar orang.
Sebagai penutup, buku ini sangat saya rekomendasikan. Selain itu, buku pertama telah dibaca beberapa idol Korea Selatan. Sebut saja RM BTS, S.Coups Seventeen, dan Hyunjin Stray Kids.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H