Mohon tunggu...
Febri Aryanto
Febri Aryanto Mohon Tunggu... Programmer - Penulis iseng

Web troubleshooter, photographer amatir. http://masfebjalanjalan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Romantika dan Nostalgila Bajai oh Bajai

12 Oktober 2013   12:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:38 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13816563941965259045

Kendaraan yang satu ini paling antik se-Jakarta. Gimana nggak? Kendaraan roda tiga yang masih beredar di jalan-jalan di Jakarta ya cuma dia, bajai. Meskipun sekarang ada bajai yang mengkonsumsi gas (bajai biru orang-orang biasa menyebutnya), tapi yang paling bikin kesan adalah bajai merah yang masih pakai bensin campur. Romantikanya yang selalu berbekas diotak, dan kenangan alias nostalgilanya yang benar-benar bikin saya "gila". [caption id="attachment_271883" align="aligncenter" width="300" caption="Bajai Merah (dok: Estehlemon.blogspot.com)"][/caption] Suatu kali pernah saya naik bajai. Waktu itu kalau tidak salah bakda Subuh. Karena ada urusan di Bandung dan saya akan menggunakan jasa angkutan kereta api, maka hal yang paling mungkin untuk mencapai stasiun Gambir dari rumah adalah naik bajai karena taksi dan ojek gak ada. Belum jalan pun, ini bajai sudah membuat saya setengah gila. Bayangkan ketika Anda terburu-buru sedangkan hanya tinggal satu-satunya bajai dan si sopirnya masih setengah sadar karena kurang tidur, dengan terpaksa di-embat juga itu sopir untuk mengantar ke stasiun. "Berapa bang ke stasiun Gambir?", tanya saya. "A? Eng.. Ugh.. 50 ribu.", sambil setengah sadar dan matanya masih setengah mengatup si sopir menjawab. "Wah!!! Gile!! Emang dari sini stasiun Gambir ada dimana bang?". "Ada disono kan?", sambil telunjuknya ngarah ke timur si abang bajai nunjuk. Padahal Gambir kalo dari rumah saya ke arah barat. #tepok_jidat. "Yeeee.. Bang! Ke Gambir tuh kesono! Udah deh 15ribu, ntar saya tambahin." Karena nyawanya si abang bajai belum ngumpul, maka si abang pun mengiyakan. Dalam hati saya membatin, mudah-mudahaaaan gak telat. Kontan, saya pun naik tuh bajai. Sementara sambil ngucek-ngucek matanya, si abang mulai menarik tuas starter bajai. Dan subuh itu pun geger gara-gara bajai merah itu nembak alias mengeluarkan bunyi berdesing. Duuuaaaarrrrr!! Tapi untungnya bisa hidup juga mesinnya dan seperti kebanyakan bajai dengan suara bisingnya bikin orang-orang yang belum subuhan jadi bangun tapi kemudian tidur lagi karena bajai yang saya tumpangi melaju, menghilang menuju Gambir ditengah heningnya waktu subuh. Diperjalanan, kegilaan makin bertambah… . Jika Anda pernah nonton film-film thriller dimana tokoh antagonis berniat membunuh tokoh utama dengan mengikatnya di rel kereta, maka si sopir ini adalah si tokoh antagonisnya dan saya stuntman dari si tokoh utama. Bajainya mogok sodara-sodara dan ditengah-tengah perlintasan pintu kereta stasiun Kemayoran!!! Sudah 3 kali distarter sama si sopir, tapi belum mau hidup juga bajainya. Saya pun komat-kamit (bukan baca mantra tapi baca doa), mudah-mudahan bisa hidup sebelum ada kereta api yang lewat. Dan alhamdulillah akhirnya nyalaaa!! Hore!! Dan perjalanan penuh romantika (thriller horor) itu pun berlanjut. Setelah melewati jalan Bungur dan lapangan Waterlooplein, berarti tinggal melewati satu-dua tikungan akan sampai distasiun Gambir. Tapi rupanya si bajai ingin supaya dia diingat dan mulailah dia bikin ulah lagi. "Troooong!!! Tong tong tong!!! Duaaaarrr!!!", nembak lagi tuh knalpot bajai. Perlahan-lahan bajai pun berjalan "gontai" dan akhirnya dia mati total! Untungnya, pas bajai mati dan berhenti tepat distasiun Gambir. Saya pun turun dengan tergesa-gesa, sambil memberikan uang jasa buat si sopir bajai nahas tersebut. "Nih bang, 20ribu. Gak usah kembali.". Karena saya tahu tuh abang bajai masih ngantuk makanya saya tinggal aja langsung. Bakalan ketinggalan kereta kalau saya masih berharap kembalian. Lalu saya pun berlari menuju peron dan pas mantab, kereta itu masih nungguin walaupun beberapa detik kemudian roda-rodanya mulai berderak bergerak maju perlahan tapi pasti menuju Bandung. Alhamdulillah, saya sudah didalam gerbongnya. Disisi lain mengenai nasib si abang bajai, entahlah… . Masih menjadi misteri. Apakah dia sudah tersadar kalau dirinya ada distasiun Gambir? Dan apakah dia juga menyadari bajainya mogok lagi? Tanyalah pada rumput yang bergoyang ala bang Jali… . #kenangan_Agustus2001

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun