Tidak ada rasa menyesal jika aku menyebutmu sebagai Manusia Setengah Dewa, Mungkin orang-orang yang baru mengenal mu, enggan untuk mengatakannya. wajar saja karena sifat manusia yang hanya bisa menilai pada satu sudut pandang, begitu pula diriku, aku dulu menganggap mu, sebagai seorang insan biasa yang sering aku temui sebelumnya, namun setelah kita bertemu dan engkau memberikan intisari-intisari dari sebuah kehidupan aku mulai terpana, tapi tetap saja sebagian orang menganggap celotehanmu hanya memberikan kesan manis belaka, tanpa adanya sebuah pembuktian.
Aku ingat sekali bagaimana engkau bercerita tentang keinginanmu untuk menjadi seorang role model di sebuah instansi pendidikan pulau Sulawesi. Keinginanmu di sambut hangat oleh orang-orang yang sudah mengerti potesimu, ilmu-ilmu mu, gagasanmu, ide-ide mu. Tapi sayangnya malah dianggap sebagai malapeta bagi kaum-kaum iri dan dengki. banyak seruan huru hara dari dalam maupun luar yang mencoba membatasi langkah mimpimu, seolah merayu engkau untuk pergi meninggalkan pulau itu.Â
Rintanganmu melawan badai penghianatan, badai hujatan dan badai ketidakadilan yang sangat deras di sertai petir. Dan engkau hanya melawannya dengan menggunakan payung yang di lindungi oleh do'a-do'a. Dan pada akhirnya badai-badai itu mulai perlahan reda ketika engkau memutuskan untuk membawa mimpimu ke pulau Jawa. Dan di Pulau Jawa ini lah potensimu sangat di banggakan dan sangat di apresiasi.
Singkat kisah kita di pertemukan oleh tuhan lewat program pertukaran mahasiswa, di situ engkau mulai menebarkan kebaikan kepada kami, tanpa adanya rasa pamrih sedikitpun yang aku lihat, dan engkau memberikan bukti bahwa jika ingin membantu manusia segera bantulah tanpa harus melihat latar belakangnya.
Aku semakin terpana, terkesima dan tidak bisa berkata-kata, ketika engkau bercerita kepadaku begitu banyaknya orang-orang yang engkau bantu, dan merasakan hangatnya relungan tanganmu. Dan kehebatan mu juga engkau tularkan ke anak-anak mu, engkau berkata bahwa kebaikan, kedisiplinan harus di tanamkan sejak belia. Serta aku berani bersaksi begitu hangatnya keluargamu ketika menerimaku, tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun.
Dan engkau mengajarkanku tentang rasa patuh terhadap orang tua dan patuh kepada guru. Niscaya itulah kunci dari kesuksesan sesungguhnya.
Terimakasih Manusia Setengah Dewa Pak Dr. Ir. Andi Mushawwir, S.Pt., M.P., IPM . Kebaikanmu, inspirasimu akan ku kenang sampai akhir hayat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H