Dalam proses pembangunan negara Indonesia saat ini banyak sekali terdapat perubahan konstalasi politik yang kemudian menjadi akses seluruh lapisan masyarakat untuk bisa berpartisipasi dalam proses politik baik itu pusat hingga daerah. Proses dimana hak-hak politik masyarakat ini kemudian membuka keran yang cukup besar terutama partisipasi perempuan dalam politik yang sejak lama diperjuangkan oleh kelompok aktivis perempuan Indonesia.
Kesempatan politik yang kemudian ada menjadi kunci arah perjuangan kaum perempuan untuk memperoleh kesetaraan hak politik dengan kaum laki-laki. hal ini dibuktikan dengan adanya ketentuan terhadap kuota perempuan dalam sistem penetapan calon legislatif dalam setiap pemilu yang berlangsung. tidak sampai disitu saja, perempuan juga mulai masuk ke proses politik lain yang lebih tepatnya perempuan mulai merambah kepada proses politik kepala daerah yang ada di seluruh Indonesia.
Beberapa kelapa daerah yang berhasil meraih kesempatan politik dalam pemilukada antara lain adalah Gubernur Banten, Wakil Gubernur Jawa Tengah, dan beberapa bupati dan wakil bupati perempuan yang berhasil meraih kedudukan yang potensial tersebut.
Dalam keberhasilan perolehan tersebut tidak terlepas dari peran dari aktivis perempuan yang terus bekerja secara konstan untuk memperjuangkan perempuan untuk lebih baik. Namun dari sebagian keberhasilan tersebut masih memperoleh kendala yang cukup besar terhadap kaum perempuan sendiri dimana gerakan yang masif ini masih menjadi isu yang belum begitu total terlaksana dalam masyarakat terutama dalam kaum perempuan yang berada di daerah terpencil. Dari persoalan tersebut masih banyak hal yang perlu untuk dikoreksi atas gerakan yang kemudian membangun ulang gerakan ini secara umum yang mana begitu kompleksnya faktor-faktor yang ada di dalam masyarakat perempuan itu sendiri.
Faktor Pendidikan Perempuan
Faktor pendidikan pada sebagian besar perempuan Indonesia merupakan kunci utama dari kurang berkembangnya gerakan perempuan yang ada saat ini dimana hampir dapat dipastikan perempuan yang memperoleh pendidikan jauh lebih sedikit dibanding perempuan yang mencapai pendidikan yang cukup tinggi. Tingkat pendidikan yang rendah membuat perempuan ini masih belum memahami makna yang lebih jelas mengenai gerakan perempuan yang dibangung guna memperbaiki hajat hidup perempuan Indonesia. Kebanyakan tingkat pendidikan yang dilalui perempuan Indonesia pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) bahkan ada yang hanya melalui sampai tingkat SD yang kemudian dapat dinilai Jauh dari kemapanan ilmu pengetahuan yang diharapkan. Bahkan berbanding berbeda dari kaum laki-laki yang bisa memperoleh tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Faktor Budaya Patriarkhi
Faktor budaya juga merupakan salah satu kunci dari pergerakan perempuan tidak dapat berkembang dengan cepat dimana konstruk budaya masyarakat Indonesia yang begitu menekan peran dan aktivitas perempuan diluar rumah menjadi salah satu kedala yang cukup besar dalam mengatasi perempuan yang jauh tertinggal dari kaum laki-laki. Meski kemudian perempuan tersebut memiliki tingkat pendidikan yang cukup memadai, namun kemudian konstruk budaya yang menekan mereka untuk berpartisipasi dengan masyarakat dalam bidang manapun dan lebih memilih berada di rumah. Akan tetapi, cukup banyak juga perempuan yang tetap mencoba menanggalkan hal tersubt dan ikut bersaing dan berpartisipasi dalam proses masyarakat.
Faktor Kemauan dari Perempuan sendiri
Salah satu aspek lagi yang menjadi kunci dari gerakan perempuan lagi kesamaan tekad pergerakan untuk menukung kaum perempuan sendir yang hingga saat ini belum begitu besar. Hal yang bisa dilihat adalah bagaimana perempuan bisa memilih wakil dari perempuan sendiri yang hingga saat ini belum begitu terealisasi sepenuhnya. Gerakan perempuan yang telah mulai mendapat ruang dalam sistem yang ada tidak ditunjang oleh kaum perempuan sendiri secara menyeluruh dalam negeri ini. Sehingga gerakan ini hanya bergaung pada satu kelompok atau dalam ruang lingkup yang terbatas di masyarakat.
Upaya dalam reallisasi gerakan