Mohon tunggu...
Febrian Satya Prianggono
Febrian Satya Prianggono Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seminaris SMA Seminari Santo Petrus Canisius Metoyudan Magelang

saya memiliki hobi dalam bidang seni terutama tarik suara.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bingung Mau Jadi apa? Seminari Mertoyudan Jawabannya

8 Oktober 2024   10:46 Diperbarui: 8 Oktober 2024   11:20 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
web Seminari Mertoyudan

Seminari diambil dari sebuah bahasa latin yakni "semen' yang berarti benih, sehingga seminari dapat diartikan sebagai tempat penyemaian benih. Salah satu seminari tertua di Indonesia adalah Seminari Menengah Petrus Canisius Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Seminari ini berada di Keuskupan Agung Semarang, dan saat ini dibawah pimpinan Romo Vincentius Istanto Pramuja, S.J. sebagai Romo Kepala Yayasan. 

Seminari menengah santo Petrus Canisius Mertoyudan memiliki 4 tingkat atau kelas mulai dari Medan Pratama atau kelas 0, Medan Tamtama atau kelas 10, Medan Madya atau kelas 11, dan Medan Utama atau kelas 12 dan Kelas Persiapan Atas atau biasa dikenal dengan Kelas KPA. dimana setiap medan memiliki fokus medan masing masing. Medan Pratama adalah medan pengenalan yang dimana fokus medan mereka adalah untuk mengenal diri dan mengenal sesamanya untuk membangun komunitas. Medan Tamtama adalah medan yang dimana mereka diajak untuk semakin mengenal, mencintai, dan mengikuti Yesus Kristus, mendalami tradisi hidup doa Katolik, mengenal karya pelayanan Gereja, dan memantapkan langkah dalam menanggapi panggilan menjadi imam. Medan Madya adalah medan yang dimana memiliki fokus untuk memantapkan diri dalam memilih jalan hidup sebagai Imam maupun Awam. Medan terakhir adalah Medan Utama yang memiliki fokus untuk memurnikan panggilan dan memilih lembaga hidup. 

Saya, Febrian Satya Prianggono adalah salah satu seminaris medan utama dalam kelas KPA atau Kelas Persiapan atas. Setelah mengetahui beberapa informasi yang mungkin dapat menjadi landasan dalam memahami kegiatan dan fokus setiap medannya di Seminari Menengah ini, saya ingin berbagi sedikit pengalam saya selama menjalani kehidupan di Seminari ini selama kurang lebih 2-3 bulan ini. 

Saya masuk di Seminari ini sejak tanggal 21 Juli 2024. Hari tersebut adalah hari pertama saya mengalami karantina selama 40 hari tanpa menghubungi ataupun berkontak dengan dunia luar. Memang ketika dibayangkan sangat menyeramkan. Tidak mengetahui kondisi dunia luar dan tidak berkomunikasi dengan orang tua. Namun percayalah bahwa 40 hari ini adalah hari yang tidak akan terlupakan. Dalam waktu 40 hari ini banyak hal yang akan dipelajari dan perjuangan dari 0 akan benar-benar terasa. 

Masuk ke seminari ini akan memberikanmu banyak hal yang baru dan akan merubah cara pandangmu terhadap diri sendiri maupun dunia. Saya pribadi dalam masa 40 hari ini merasa bahwa selama ini saya tidak tau siapa diri saya ini. namun setelah masuk dan berdinamika disini, saya diajak untuk semakin mengenal diri dan perlahan-lahan menyelami masa laluku. 

Formasi yang diberikan di Seminari ini sangatlah menyeluruh mulai dari formasi jasmani, formasi rohani, dan formasi intelektual. Hal ini sesuai dengan pedoman Seminari Mertoyudan yaitu Sanitas (hal yang berfokus pada hal-hal kesehatan jasmani), Sactitas (formasi yang berfokus pada hal-hal yang sifat kerohanian), dan Sciencia (Formasi yang berfokus hal-hal yang bersifat intelektual atau hal-hal yang dapat mengembangkan diri para seminaris).

Saya rasa seminari ini menjawab kebutuhan di dunia pendidikan di Indonesia. Seminari ingin membangun diri seorang seminaris menjadi seorang pribadi yang kritis, reflektif, kontemplatif, dan memiliki sikap lepas bebas. Saya sikap lepas bebas ini adalah sikap yang tidak dimiliki oleh sekolah-sekolah lain diluar sana. Sikap lepas bebas adalah sikap dimana kita tidak terikat oleh hal-hal tertentu, seperti contohnya adalah HP, Game, Internet, atau hal-hal lain. Pribadi kritis tumbuh karena kebiasaan atau habitus membaca yang dibangun di seminari ini. Hal ini juga dapat menjadi contoh bagi sekolah lain di luaran sana yang dimana perlu membangun habitus membaca ini. Membaca buku bukan hanya membaca namun juga perlu memahami arti dari buku itu sendiri. Lalu pribadi Kontemplatif dan reflektif tumbuh dalam kebiasan refleksi disetiap malam dan latihan memilih mana yang lebih baik di setiap kegiatan. Sikap ini biasa disebut dengan "diskresi" 

Selain menjalin relasi dengan diri sendiri, relasi dengan orang lain terutama keluarga sungguh diolah pula dalam kegiatan harian seminari. Masuk seminari bukan berarti diri ini bukan milik keluarga lagi, malah dengan masuk seminari hubungan dengan keluarga semakin diolah. Banyak hal yang kegiatan yang dilakukan untuk melihat dan mengolah pengalaman dalam keluarga yang selama ini terabaikan. Bagaimana keluarga sungguh berpengaruh dalam proses menjadi seorang pribadi dan menumbuhkan dalam diriku keinginan untuk menjadi imam. 

Dinamika hidup berkomunitas juga sangat terasa. Hal ini nampak dimana saya sebagai orang yang baru masuk dalam komunitas ini belajar untuk menyesuaikan diri. Bukan hal yang mudah dengan hidup orang-orang baru dalam sebuah komunitas selam 24/7. Namun dari sinilah kita juga semakin mengenal diri sendiri. Sungguh komplit sekali kegiatan di seminari ini. 

Masuk seminari bukan berarti harus menjadi Imam, namun masuk seminari harus menjadi pribadi yang utuh. 

Jika ada yang merasa penasaran dengan profil seminari lebih dalam dapat mencek dalam link berikut :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun