Dimasa Kerajaan Kanjuruhan yang terkenal di Malang. Datanglah Eyang Dyah Ayu Paraweswari (Eyang Wali Suryo) beserta para abdinya ke hutan belantara yang jauh dari wilayah kerajaan dengan tujuan untuk menjalani ritual mendekatkan diri kepada sang pencipta dan alam dari keramaian dunia hingga sampailah ke daerah yang berlembah dan berawa-rawa (Jomblang) yang sunyi dan sangat nyaman. Ditempai inilah Eyang membuka hutan untuk bertempat tinggal dan mendekatkan diri dengan sang pencipta, yang lama-kelamaan dibukalah lahan untuk bercocok tanam, wilayah ini disebut Jomblang.
Adapun peninggalan Eyang Wali Suryo adalah:
1. Tombak Segoro Anglayang
2. Kris Nogo Mas
3. Cinde dan Udeng
Ketiga peninggalan sejarah diatas masih terawat dengan baik dirumah Kepala Desa Pupus yakni Bapak Tumiran dan petilasan Eyang Wali Suryo di dukuh Jomblang. Eyang Wali Suryo dijadikan sebagai sesepuh dukuhan sampai beliau wafat.
Beberapa tahun kemudian, datanglah wanita pelarian untuk mencari tempat persembunyiaan dan menetap tinggal. Wanita pelarian bernama Dwi Sukowati bersama emban Kinasih bernama Emban Sayekti bersama anaknya yang bernama Dewi Lambang Sari. Dewi Sukowato adalah selir dari Mapanji Grasakan, keberadaan Dewi Sukowati di Istana Kahuripan tidak diharapkan oleh istri atau permaisuri yang sah dari Mapanji Grasakan maka Dewi Sukowati keluar istana dan mencati tempat pemukiman baru di wilayah Kerajaan Kahuripan paling barat sampai di wilayah Kalangbangi. Disirulah Dewi Sukowati memulai kehidupan yang baru bersama Emban Sayekti dan Dewi Lambang Sari. Walaupun tinggal didaerah pedalaman namun kecantikan Dewi Sukowati tetap nampak cantik, sehingga hari ke hari kabar kecantikan Dewi Sukowati terdengar sampai kemana-mana. banyak orang tidak mengetahui asal muasal Dewi Sukowati, masyarakat menganggap penjelmaan putri dari kayangan yang muncul dari Kalangbangi atau indentik disebut Putri Kalangbangi.
Karena kecantikan Dewi Sukowati jadi perbincangkan masyarakat, akhirnya terdengar sampai ketelinga Joko Selung yaitu putra dari penggede atau Demang Ndrigo yaitu Ki Kromo Sudiro. Joko Selung memang terkenal tampan dan sakti karena beliau berguru pada Ki Harjo Kusumo yang berasal dari Ngepeh Waru. Berbekal keyakinan dan rasa penasaran Joko Selung berusaha menemui Putri Kalangbangi dan setelah sampai di Kalangbangi, alangkah terkejutnya Joko Selung saat menemui Putri Kalangbangi yang memang benar seorang putri cantik laksana jelmaan dewi kayangan. Tertegun hati Joko Selung melihat Putri Kalangbangi dan disitu pula Joko Selung mengutarakan isi hatinya untuk memperistri Putri Kalangbangi. tetapi, Putri Kalangbangi belum bisa memberi jawaban karena masih ada ganjalan dihati Putri Kalangbangi. Akhirnya, Joko Selung pulang dengan rasa kecewa. Sesampainya dirumah Joko Selung dinasehati oleh Ki Kromo Sudiro untuk mengurungkan niatnya, karena masih banyak wanita yang cantik.
Joko Selung telah jatuh hati kepada Putri Kalangbangi maka nasehat ayahnya tidak dihiraukan akhirnya, Joko Selung meminta nasehat gurunya dan disarankan jangan pantang menyerah untuk memperistri Putri Kalangbangi. Dengan nasehat dari gurunya, Joko Selung menemui lagi Putri Kalangbangi, namun Putri Kalangbangi belum memberi jawaban dan akhirnya Putri Kalangbangi meminta waktu dalam jangka sepekan hari. Joko Selung pulang dengan harapan besar pinangannya bisaditerima Putri Kalangbangi. tetapi disisi lain, Putri Kalangbangi merasa gelisah atas pinangan Joko Selung karena Putri Kalangbangi adalah selir raja Kerajaan Kahuripan yang telah lama dirahasikan.
Putri Kalangbangi pun meminta nasehat Emban Sayekti, hingga ditanya apakah Putri Kalangabangi masih mencintai sang suami, Putri Kalangbangi menjawab masih mencintai dan tak ingin bersumai lagi. Pada akhirnya, Putri Kalangbangi dan Emban Sayekti mencari cara untuk menolak pinangan Joko Selung secara halus. Diputuskannya Putri Kalangbangi menerima pinangan Joko Selung dengan syarat yaitu, Joko Selung harus mampu mendatangkan air dari dukuh Tapen melalui lorong dalam semalam ke Kalangbangi, apabila dalam semalam tidak bisa maka pinangan Joko Selung gagal.