Sepekan telah berlalu, Joko Selung tidak sabar dalam menunggu kepastian. disertai ki hajar kusumo sesampainya ditempat Putri Kalangbangi Joko Selung mendapat penjelasan dan kepastian bahwa Putri Kalangbangi bersedia dijadikan istri Joko Selung dengan syarat harus mampu mendatangkan air dari dukuh tapen melalui lorong sebagai saluran air ke dukuh Kalangbangi dalam waktu semalam. Atas saran dari gurunya, Joko Selung menerima persyaratan Putri Kalangbangi sebagai bukti bahwa ia benar-benar mencintai Putri Kalangbangi.
Pada waktu malam yang telah disepakati, Joko Selung mulai membuat saluran air dengan kesaktiannya menggunakan pusaka cis yaitu pusaka yang berbentuk seperti tongkat untuk membuat lubang pada tanah. Putri Kalangbangi mulai was-was, dengan kesaktian Joko Selung. Pembuatan lorong Joko Selung semakin lama semakin dalam, Joko Selung membuat lubang keatas untuk mengetahui sejauh mana ia menggali lorong tersebut dan lubang itu diberi nama jebulan kaping pisan. Lalu Joko Selung melanjutkan lagi semakin kedalam pada jarak 700m Joko Selung membuat lubang keatas untuk melihat seberapa jauh lorong yang ia buat, maka lubang kedua diberi nama jebulan kaping pindo atau segoro anakan. Mengetahui Joko Selung membuat lorong sudah hampir selesai, membuat Putri Kalangbangi risau. Akhirnya Putri Kalangbangi mencari cara untuk mengagalkan usaha Joko Selung. Emban Sayekti membangunkan para gadis desa untuk menumbuk padi dan membunyikan lesung hingga membuat ayam jantan berkokok agar nampak malam berganti dengan pagi. Serta kaum laki-laki membakar kayu kering agar malam yang gelap nampak teran. Sedangkan Putri Kalangbangi membeberkan selendang atau cinde dengan kesaktiannya di puja menjadi sorot matahari yang mulai terbit. Joko Selung terus membuat lorong sakuran air bahkan telah membuat jebulan kaping telu. Namun lama kelamaan Joko Selung mendengar suara ayam berkokok hingga membuatnya tak percaya hari mulai pagi.akhirnya, Joko Selung menyudahi pembuatan lorong dan melihat keadaan yang sebenarnya. Betapa terkejutnya Joko Selung mengetahui suasa pagi hanya akal-akalan Putri Kalangbangi.
Dengan hati marah dan rasa tertipu, Joko Selung mengutuk anak turun dari gadis-gadis Putri Kalangbangi yang mengecewakannya kelak akan laku dilamar atau dipinang orang kalau sudah keluar jambul ubannya, karena sangat kecewa Joko Selung memotong alat kelaminnya sendiri dan dibuang ditengah sawah, seketika berubah menjadi sebuah batu (supelen) Joko Selung melanjutkan perjalannya sambil memotong godeknya dan dibuang ditengah sawah seketika potongan tersebut menjadi batu dan dikenal dengan nama watu segodek.
Selanjutnya Joko Selung berjalan kearah barat dan duduk disebuah batu sambil lingak-linguk (linglung) atau dikenal dengan nama batu selenguk. Lalu, Joko Selung menendang batu hingga batu tersebut terbelah atau bengkah jadi 2 Â (watu sebengkah). Akhirnya, timbu rasa untuk mengakhiri hidupnya dengan membedan perutnya dada dikelusrkan isi perutnya atau waduk lalu dibuang seketika berubah menjadi batu besar bernama watu sewaduk. Sesampainya ditepi sungai Joko Selung memotong bolnya atau anus dan membuangnya kedalam sungai atau kedung, dikenal dengan kedung bol. Oleh warga tempat metik atau memanggil orang dalam keadaan sekarat lama kelamaan orang menyebut tempat tersebut menjadi patik dari tempat lenyapnya Joko Selung tumbuhlah pohon aren yang sangat tinggi yang pucuk daunnya atau pupus bisa dilihat dari mana saja dan saat itulah gabungan dukuhan kecil itu dikenal menjadi dukuhan Pupus.
Koordinator Program : Aldita Lito Jawa Kelen
Anggota :Â
1. Ajeng Monicha Rizqi
2. Sinta Yuni Nur Rahmah