Toxic Parents ramai diperbicangkan oleh kaum milenial di platform sosial media pribadi mereka. Hal itu menjadi viral setelah mendapatkan perhatian dari banyak remaja lain yang ikut nimbrung, berkomentar, dan memberikan support satu sama lain.Â
Apa sebenarnya dimaksud dengan Tocix Parents dan siapa mereka sebenarnya? Berikut adalah karakteristik mereka dan mengapa hal ini termasuk tipe parenting yang tidak baik khususnya diantara remaja milenial.
Barbara Greenberg, PhD, seorang psikolog klinis yang menyoroti isu kesehatan mental bagi remaja dan anak, menjelaskan bahwasanya toxic parents cenderung tidak mendengarkan anak-anak mereka melainkan sebaliknya lebih sering membahas tentang anak-anaknya. Menurutnya, para orang tua perlu lebih sering mendengarkan dan mendenyimak apa yang diutarakan anak.Â
Komunikasi yang berkualitas adalah kunci dari parenting yang baik. Pendapat lain mengemukakan bahwa toxic parents akan menimbulkan dampak negatif terhadap psikis si anak dengan adanya rasa takut, rasa kurang pecaya diri, dan rasa bersalah yang menyiksa.Â
Lantas hal apa saja yang kerap dilakukan para orang tua yang bisa menyebabkan mereka mendapat label toxic parents? Berikut kami ringkas dalam beberapa poin.
1. Kekerasan Emosional
Kekerasan yang dialami oleh anak tidak hanya dalam bentuk fisik, justruh kekerasan emosional dipandang lebih berbahaya karena menyerang mental atau psikis mereka. Tindakan seperti membentak, mengancam, mempermalukan, bahkan berucap kata-kata kasar acapkali membawa dampak negatif yang besar. Orang tua yang jarang memeberikan sentuhan kasih sayang seperti mencium dan memeluk anak juga termasuk contoh dari kekerasan emosional.
2. Kurang Mendengarkan Terlalu Banyak Menuntut
Kebiasaan orang tua yang cenderung mendikte anak bisa berakibat sangat buruk. Kebiasaan tersebut bisa menyebabkan anak memiliki emosi yang sulit dikontrol. Anak bisa menjadi frustasi dengan semua tuntutan atau tugas dari orang tua sehingga ini akan berujung pada masalah kesehatan.Â
Kecenderungan para orang tua dalam bersikeras mengarahkan anaknya menjadi terlalu penurut justruh membuat si anak kurang memiliki waktu untuk mengembangkan bakat dan potensinya sendiri.Â