[caption id="attachment_110237" align="alignnone" width="300" caption="sore di pangumbahan"][/caption] pantai pangumbahan, 17.05 kami sudah sampai pada destini utama di ujung genteng yaitu pantai pangumbahan. kami sekarang berada di posko penangkaran penyu. saya cukup terperanggah melihat keadaan disini. ternyata ada banyak wisatawan mancanegara dan lokal. bahkan dari buku catatan di posko di ketahui malam sebelumnya ada 300-an orang yang hadir untuk melihat pelepasan penyu. setelah menulis di catatan kehadiran, saya dan teman-teman langsung menuju pantai ( 100 meter dari posko). pasir pantai mulai terasa di sela sela jemari kaki yang tertutup sendal jepit. pasirnya halus sekali dan tidak lengket. buktinya, cukup dengan mengibas ngibaskan baju, pasir yang melekat di kaos akan jatuh dengan sendirinya. sudah begitu, pasirnya juga putih bersih. kamipun melepas sendal jepit dan mulai bermain air sambil menunggu pelepasan penyu yang di jadwalkan pukul 17.30 akhirnya waktu pelepasan pun datang, terlihat seorang petugas datang dengan membawa ember berisikan anak-anak penyu yang siap untuk kembali kelaut. kami yang asik bermain air dan berfoto-foto serta jauh dari tempat pelepasan terlambat untuk mengetahui hal tersebut. akibatnya kami tidak mendapat kesempatan untuk melepas (memegang) anak-anak penyu tersebut. tapi tidak terlihat raut kecewa di wajah teman-teman saya. mereka malah asik memperhatikan tingkah polah anak -anak penyu. melihat anak penyu yang berkejar-kejaran menuju laut lalu kemudian kembali lagi karena di terjang ombak hingga kemudian berhasil berenang di laut. sedangkan saya sibuk merekam momen tersebut lewat lensa foto febry. pihak pengelola (pemerintah) melepas anak-anak penyu tersebut setiap hari menjelang petang datang. di lakukan setiap hari untuk menarik wisatawan sedangkan dilakukan pada menjelang petang karena saat itu ikan-ikan sudah kenyang, jadi kemungkinan mereka memakan anak penyu menipis. penyu memang dikenal sebagai hewan yang rentan dikala mudanya. banyak sekali ancaman yang harus dihadapinya. mereka menjadi makanan yang lezat bagi beragam hewan laut. selain itu mereka secara fisik juga lemah. dari 100 telur yang dihasilkan satu induk setiap bertelur, kurang dari 10 % yang mampu bertahan sampai dewasa. tapi kalau sudah dewasa, maka mereka bakalan bertahan lama. penyu adalah salah satu hewan yang jangka hidupnya bisa mencapai 200 tahun. [caption id="attachment_110240" align="alignnone" width="300" caption="suasana pelepasan penyu"][/caption] para anak penyu telah berada dihabitatnya, dan kamipun kemudian menunggu matahari tenggelam di pantai selatan jawa ini sambil (lagi-lagi) bermain air dan berfoto. saat sunset yang ditunggu pun datang. lagit berubah menjadi kuning kemerah merahan. dilaut cahayanya terpantul dengan lembut. di ujung lainnya langit bercorak lazuardi bercampur lukisan awan. sebuah mahakarya dari sang mahaagung tercipta lagi disini. kami pun mencari tempat yang agak terasing untuk menikmati pemandangan ini. tidak puas dengan memandang saja. kami mulai bergantian mengambil foto dengan latar belakang sunset. hasilnya sangat luar biasa. salah satu profil di jejaring sosial saya memperlihatkan bagaimana saya sedang menggenggam matahari dengan perpaduan warna yang ciamik. foto ikha dan febry pun tidak kalah bagusnya. mereka seakan bersaing untuk mendapatkan foto terbaik. jam mulai menunjukkan pukul 18.00 dan kamipun harus beranjak dari pantai. kata bapak petugas, ini adalah waktunya induk penyu naik ke pantai untuk bertelur. penyu tidak mau naik jika dia melihat ada orang dan mendengar keributan. ah, mahkluk langka memang banyak maunya! [caption id="attachment_110244" align="alignnone" width="300" caption="matahari dalam genggaman"][/caption] pantai pangumbahan, 01.04 penyu yang ditunggu tunggu sudah naik dan mulai menggali lubang. kata petugas, ada dua penyu yang bertelur hari ini dalam waktu yang hampir bersamaan. yang pertama di pos II dan satu lagi di pos III. kami dan pengunjung yang lainnya diminta menunggu di posko sampai penyu mulai mengeluarkan telur. kekhawatirannya masih sama, takut penyu tidak jadi bertelur karena merasa terganggu. sambil tidur-tiduran di pasir kami menunggu dengan jarak 60 meter dari tempat penyu bertelur. pasir disini tidaklah dingin. dalam terpaan angin dari laut, pasir menjadi media untuk menghangatkan tubuh selain jaket tentunya. asik tidur-tiduran bercengkrama, kami sampai tidak sadar kalau sekarang bulan purnama. entah siapa yang menyadarkan, tapi yang jelas kami kemudian terpesona oleh kemolekan bulan purnama ini. sinarnya begitu menggoda ditengah keheningan malam. dia begitu angkuh karena hanya dia lah penerang dimalam itu. dan pikiranku pun melayang jauh ke mana-mana mengingat 'dia' yang jauh disana. [caption id="attachment_110245" align="alignnone" width="300" caption="purnama"][/caption] lamunanku di sadarkan oleh salah seorang petugas yang menyuruh untuk mendekat. penyu sudah boleh dilihat. dengan semangat, kami mulai berjalan ke arah sumber suara iut. terlihat si penyu mulai mengeluarkan telur. telur itu berwarna putih bersih dengan lendir disekeliling cakangnya. penyu  itu terlihat menangis saat mengeluarkan telur. tapi setelah di tanyakan, ternyata itu bukan lah air mata menangis. tapi adalah semacam lendir untuk menyesuaikan matanya dengan kondisi darat setelah sebelumnya lama dilaut. angin kencang membuat kami tidak bisa berlama-lama ditempat penyu tersebut. kami kemudian balik ke posko penangkaran untuk kemudian tidur dan bersiap untuk menyambut esok hari. *photo by febry fawzi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H