Mohon tunggu...
Febria Adha Larasati
Febria Adha Larasati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tidak dapat dideskripsikan, biarkan orang lain yang menilai

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menetralisir Kecemasan di Era Modern dengan Bertasawuf

19 Desember 2022   00:05 Diperbarui: 19 Desember 2022   00:14 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seiring teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang, permasalahan yang dihadapi manusia pun semakin kompleks. Bahkan, menurut Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), Gangguan kecemasan menjadi gangguan mental paling sering terjadi pada remaja yang berusia 10-17 tahun di Indonesia (sekitar 3,7%).

Gemerlap kehidupan zaman modern tidak menjamin kondisi jiwa masyarakat saat ini. Maka, ilmu olah kebatinan seperti tasawuf sangat relevan dengan permasalahan jiwa. Walau tasawuf dianggap sebagai ilmu yang sangat tradisional, konsep dalam tasawuf mampu mensucikan jiwa manusia. Sehingga menjadikan jiwa manusia tenang karena merasa dekat dengan Allah.

Tasawuf adalah ilmu untuk melatih kejiwaan yang marak dihubungkan dengan ilmu keagamaan, khususnya dalam Islam. Dalam Islam, Tasawuf memiliki tahapan yang diperjuangkan oleh seseorang untuk mengukur kedudukan spiritualnya di hadapan Allah, hal itu disebut dengan Maqam. Setelah mengikuti tahapan tersebut, seseorang akan mengalami perasaan amat dekat dengan Allah.

Maqam yang dirumuskan oleh para ahli sufi tidak sama. Hal itu dikarenakan mereka memiliki pengalaman tasawuf yang berbeda-beda. Seperti yang diutarakan oleh Muhammad al-Kalabazy dalam at-Ta'arruf li Mazhab Ahl at-Tasawwuf, maqamat terdiri dari  taubat, zuhud, sabar, fakir, tawadhu, taqwa, tawakkal, ridha, mahabbah dan ma'rifah. Namun, as-Sarraj menyebutkan jumlah maqamat hanya tujuh , yaitu taubat, wara', zuhud, fakir, tawakkal dan ridha.

Dari pendapat para ahli sufi tersebut menunjukkan bahwa maqam itu bersifat subjektif. Namun, maqamat yang disepakati oleh banyaknya ahli sufi adalah taubat, zuhud, fakir, sabar, tawakkal, dan ridha. Kemudian, tawadhu, mahabbah, dan makrifat terkadang disebut sebagai maqam, terkadang pula disebut ittihad (tercapainya kesatuan wujud rohaniah dengan Tuhan).

Jika dilihat dari maqam yang disebutkan di atas, hal itu tidak akan terlalu kolot dengan zaman sekarang. Sebab, tahapan tersebut berupa akhlak perbuatan yang seharusnya ada pada diri seorang muslim, walaupun keimanan seseorang tidak stabil.

menurut Trimingham dalam bukunya "The Sufi Orders in Islam," Manusia pasti memiliki pengalaman langsung dengan Tuhan, tetapi jika manusia tersebut mau mempraktekan tasawuf." Dengan begitu, semua manusia bisa dekat dengan tuhan dalam setiap proses yang ditempuh.

Maka, tasawuf perlu dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab tasawuf memiliki ikatan dengan perbuatan lahir dan batin. Lahir, yaitu seperti amal ibadah kita yang kita lakukan sesuai syariat agama. Kemudian, batin merupakan hakikat dari ibadah tersebut. Sehingga, jika keduanya menyatu maka seseorang akan merasakan nikmatnya beribadah serta membuat jiwanya menjadi tenang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun