Seiring teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang, permasalahan yang dihadapi manusia pun semakin kompleks. Bahkan, menurut Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), Gangguan kecemasan menjadi gangguan mental paling sering terjadi pada remaja yang berusia 10-17 tahun di Indonesia (sekitar 3,7%).
Gemerlap kehidupan zaman modern tidak menjamin kondisi jiwa masyarakat saat ini. Maka, ilmu olah kebatinan seperti tasawuf sangat relevan dengan permasalahan jiwa. Walau tasawuf dianggap sebagai ilmu yang sangat tradisional, konsep dalam tasawuf mampu mensucikan jiwa manusia. Sehingga menjadikan jiwa manusia tenang karena merasa dekat dengan Allah.
Tasawuf adalah ilmu untuk melatih kejiwaan yang marak dihubungkan dengan ilmu keagamaan, khususnya dalam Islam. Dalam Islam, Tasawuf memiliki tahapan yang diperjuangkan oleh seseorang untuk mengukur kedudukan spiritualnya di hadapan Allah, hal itu disebut dengan Maqam. Setelah mengikuti tahapan tersebut, seseorang akan mengalami perasaan amat dekat dengan Allah.
Maqam yang dirumuskan oleh para ahli sufi tidak sama. Hal itu dikarenakan mereka memiliki pengalaman tasawuf yang berbeda-beda. Seperti yang diutarakan oleh Muhammad al-Kalabazy dalam at-Ta'arruf li Mazhab Ahl at-Tasawwuf, maqamat terdiri dari  taubat, zuhud, sabar, fakir, tawadhu, taqwa, tawakkal, ridha, mahabbah dan ma'rifah. Namun, as-Sarraj menyebutkan jumlah maqamat hanya tujuh , yaitu taubat, wara', zuhud, fakir, tawakkal dan ridha.
Dari pendapat para ahli sufi tersebut menunjukkan bahwa maqam itu bersifat subjektif. Namun, maqamat yang disepakati oleh banyaknya ahli sufi adalah taubat, zuhud, fakir, sabar, tawakkal, dan ridha. Kemudian, tawadhu, mahabbah, dan makrifat terkadang disebut sebagai maqam, terkadang pula disebut ittihad (tercapainya kesatuan wujud rohaniah dengan Tuhan).
Jika dilihat dari maqam yang disebutkan di atas, hal itu tidak akan terlalu kolot dengan zaman sekarang. Sebab, tahapan tersebut berupa akhlak perbuatan yang seharusnya ada pada diri seorang muslim, walaupun keimanan seseorang tidak stabil.
menurut Trimingham dalam bukunya "The Sufi Orders in Islam," Manusia pasti memiliki pengalaman langsung dengan Tuhan, tetapi jika manusia tersebut mau mempraktekan tasawuf." Dengan begitu, semua manusia bisa dekat dengan tuhan dalam setiap proses yang ditempuh.
Maka, tasawuf perlu dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab tasawuf memiliki ikatan dengan perbuatan lahir dan batin. Lahir, yaitu seperti amal ibadah kita yang kita lakukan sesuai syariat agama. Kemudian, batin merupakan hakikat dari ibadah tersebut. Sehingga, jika keduanya menyatu maka seseorang akan merasakan nikmatnya beribadah serta membuat jiwanya menjadi tenang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H