Mohon tunggu...
Febria Adhani
Febria Adhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Financial

Inilah Penyebab Rendahnya Partisipasi Masyarakat terhadap Platform Equity Crowdfunding

10 Juni 2022   23:52 Diperbarui: 10 Juni 2022   23:57 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                           Ilustrasi Fintech. Sumber ilustrasi : Brilio.net

Pada era digital ini, masyarakat tentunya sudah mahir menggunakan gadget dalam kehidupan sehari -- hari mereka. Dimulainya industri 4.0 menjadikan teknologi berkembang pesat yang nantinya akan membawa berbagai macam dampak positif maupun negatif. Dari sektor keuangan, sekarang ini terdapat berbagai kemajuan seperti adanya financial technology. Dalam beberapa tahun terakhir ini, perkembangan fintech begitu cepat, termasuk di Indonesia. Fintech sendiri terdapat beberapa produk yaitu berupa pinjaman online, investasi, permodalan, dan lainnya.

Equity Crowdfunding pertama di Indonesia muncul pada tahun 2012. Yaitu platform Santara. Untuk saat ini, sudah terdapat lima platform equity crowdfunding yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Diantaranya yaitu PT Numex Teknologi Indonesia (LandX), PT Investasi Digital Nusantara (Bizhare), PT Crowddana Teknologi Indonusa (Crowddana), PT Dana Saham Bersama (Danasaham), dan PT Santara Daya Inspiratama (Santara). Kelima platform tersebut menggunakan sistem urun dana berbasis Securities Crowdfunding (SCF) yang menawarkan sukuk, obligasi, dan saham dari UMKM. Metode pengumpulan dana yang digunakan yaitu secara patungan agar para pelaku UMKM bisa memulai dan mengembangkan usahanya secara online.

Konsep equity crowdfunding merupakan konsep yang menawarkan bantuan dana berupa modal dari banyak individu untuk mengembangkan usaha agar mencapai tujuan yang diinginkan melalui kesepakatan dua belah pihak secara online melalui internet. Kemahiran dalam penguasaan penggunaan internet, bisnis, media sosial, dan equity crowdfunding di Indonesia tentunya sangat membantu pelaku bisnis yang membutuhkan suntikan dana, khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Pertumbuhan UMKM seharusnya menjadi langkah awal yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di Indonesia. Akan tetapi, banyak faktor dan kendala yang dihadapi masyarakat dalam hal ini. Salah satunya yaitu kurangnya literasi masyarakat, terutama literasi keuangan terhadap konsep equity crowdfunding. Hal ini menyebabkan kebanyakan dari masyarakat Indonesia cenderung melakukan peminjaman modal pada bank konvensional dibandingkan memanfaatkan teknologi yang ada seperti menggunakan platform equity crowdfunding.

Faktor yang menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat terhadap equity crowdfunding adalah literasi. Ini menyebabkan perkembangan fintech di Indonesia menajdi lebih lambat. Masyarakat cenderung menyukai menggunakan jasa pinjaman dari bank konvensional dibanding memanfaatkan teknologi saat ini, yaitu equity crowdfunding. Menurut hasil survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2021, pulau Jawa menyumbang 41,7 persen dari total 73,3 persen total pengguna internet di Indonesia. Rata -- rata masyarakat Indonesia menggunakan internet untuk berkomunikasi (36%), membuka media sosial (21%), browsing (11%), transaksi jual beli (3%), dan 7% sisanya digunakan untuk menjelajah hal lain. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa pola pikir masyakat Indonesia mengenai literasi keuangan masih rendah. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan kebiasaan masyarakat Indonesia yang kebanyakan digunakan untuk berkomunikasi, chatting, dan scroll media sosial.

Faktor lain yang menyebabkan rendahnya partisipasi masyarakat yaitu karena adanya ketakutan dalam diri sendiri. Takut memulai hal baru, takut tertipu, dan takut mengambil risiko, merupakan permasalahan umum yang ada di Indonesia. Diperlukan adanya rasa ingin tahu yang kuat agar menumbuhkan motivasi dan semangat dalam mempelajari sesuatu yang baru. Hingga pada akhirnya, masyarakat Indonesia bisa semakin maju dalam penggunaan dan pemanfaatan teknologi, khususnya financial technology (fintech).

Dalam hal ini pemerintah dapat bekerja sama dengan programmer untuk membuat aplikasi yang berisi tentang edukasi keuangan yang nantinya dapat diunduh secara gratis oleh masyarakat luas melalui playstore. Sehingga, pemerintah tidak hanya terfokus pada pengembangan hardskill saja, tetapi peningkatan softskill juga penting. Seperti meningkatkan kemampuan literasi dan edukasi mengenai fintech.

Hal tersebut diharapkan agar masyarakat Indonesia dapat bersaing secara global dengan negara -- negara maju yang tentunya memiliki kemampuan literasi lebih tinggi dibandingkan di Indonesia sendiri. Dengan adanya aplikasi semacam ini, merupakan langkah awal untuk mengubah habit masyarakat kita, yang awalnya hanya menggunakan smartphone untuk mengakses sosial media dan chatting saja, bisa beralih pada kebiasaan yang lebih baik. Seperti belajar memanfaatkan aplikasi edukasi terkait equity crowdfunding. Dengan langkah awal mengedukasi masyarakat dengan cara semacam ini, akan mendorong kemampuan literasi khususnya edukasi finansial untuk menuju kearah yang lebih maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun