Mohon tunggu...
M Febri Saputra
M Febri Saputra Mohon Tunggu... Penulis - International Relations of Sriwijaya University

when in rome do as the romans

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mengapa Tidak Terjadi Perang pada Conflict South China Sea?

12 Maret 2020   11:33 Diperbarui: 12 Maret 2020   12:08 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Mengapa Tidak Terjadi Perang Pada Conflict South China Sea ?

Kita tentu bertanya--tanya mengapa tidak terjadi perang saat konflik laut cina selatan padahal konflik ini telah terjadi terus menerus selama bertahun-tahun, disini saya akan membahasnya melalui sebuah paradigma dalam hubungan internasional yaitu Liberalisme. Mengapa saya membahasnya melalui paham liberalisme disini kita perlu mengerti dulu apa itu paham liberalisme. Liberalisme muncul pertama kali sebagai wujud dari trauma masyarakat akan terjadinya perang dunia I dan perang dunia II dimasa lampau. 

Liberalisme adalah salah satu paham utama dalam teori hubungan internasional dimana paham ini beranggapan bahwa cara untuk menghindari terjadinya perang ialah dengan menjalin kerjasama antar Negara untuk keamanan dan kedamaian bersama. Berbeda dengan paham realisme yang menganggap bahwa sifat manusia itu buruk dan egois yang hanya mementingkan kepentingan nya sendiri, paham liberalisme disini berpandangan optimis tentang sifat dasar manusia. 

Aktor dalam hubungan internasional menurut liberalism bukan hanya Negara tetapi juga melibatkan actor non-negara seperti Multi National Corporation, organisasi internasional dan lainnya. Jadi jelas disini bahwa paham liberalisme lebih mengutamakan interaksi antar Negara dan kerja sama antar Negara untuk menghindari konflik atau perang dibandingkan dengan paham realisme yang lebih mementingkan kekuatan atau power.

Selain itu kita juga harus tahu tentang conflict south china sea mengapa laut cina selatan ini menjadi begitu diperebutkan? Laut cina selatan adalah kawasan yang memiliki potensi ekonomi yang sangat luar biasa dimana dikawasan ini tersimpan cadangan minyak bumi sebesar 11 miliar barel serta gas alam hingga 190 triliun kaki kubik dan banyak sumber daya alam yang bernilai tinggi dikawasan ini. Selain itu laut ini juga merupakan lalu lintas perdagangan internasional. 

Jadi tidak heran apabila kawasan ini begitu diperebutkan serta dapat memicu suatu konflik antar Negara. Penyebab dari konflik yang ada pada laut cina selatan ini adalah batas laut antar Negara dikawasan ini saling tumpang tindih salah satunya adalah garis batas tiongkok (nine dash line) melewati zona ekonomi ekslusif (ZEE) sejumlah Negara. Padahal pengukuran ZEE telah ditetapkan dalam United Nations Convetion on the Law of the Sea (UNCLOS) serta banyak Negara yang mengklaim sebagai pemilik pulau-pulau tak berpenghuni di laut cina selatan yang diantaranya seperti kepulauan Spratly, Paracel, dan Scarborough. 

Adapun Negara-negara yang terlibat dalam konflik laut cina selatan ini adalah Negara China, Taiwan, Vietnam, Filipina, brunei Darussalam dan Malaysia. Dan terbukti PCA menentapkan bahwa klaim china atas perairan tersebut dianggap tidak sah ditambah lagi china hanya mendasarkan klaim mereka berdasarkan sejarah atau peta kuno yang dimana itu tidak ada dan tidak dianggap sah oleh PCA maupun UNCLOS. Indonesia sebenarnya tidak terlibat dan terpengaruh secara langsung dalam sengketa laut cina selatan yang melibatkan Filipina dan china. 

Namun, dengan penolakan china terhadap keputusan pengadilan permanen Arbitrase (PCA) yang memihak Filipina, hal itu akan sedikit banyak mempengharui Indonesia karna pulau Natuna yang menjadi batas Indonesia berada diperairan tersebut. Ditambah lagi baru baru ini terdapat kapal kapal china yang dikawal coast guard china berada diwilayah zona ekonomi ekslusif Indonesia, dimana mereka melakukan Ilegal Fishing atau pencurian ikan diwilayah natuna.

Nah, dari uraian diatas yang menjelaskan tentang apa itu paradigma liberalisme serta konflik laut cina selatan dan mengapa dalam konflik ini tidak terjadi perang. Jadi sesuai dengan pengertian serta tujuan dari paradigma dalam hubungan internasional yaitu liberalisme dimana paham ini mengedepankan adanya kerja sama antar Negara. Kerjasama yang intens menurut pandangan liberalisme mejadi harga mati pada konflik laut cina selatan yang dimana sebenarnya sudah tergambar dalam UNCLOS 1982 dimana  disitu digambarkan perlunya kerjasama dan rasa saling percaya yang kemudian mampu menegaskan lebih pentingnya kerjasama antar pihak ketimbang wilayah yang dipersengketakan. 

Itu semua terbukti dengan adanya kerjasama antar negara yang berkonflik dapat menghindari adanya peperangan antar negara. Oleh karna itulah dalam konflik laut cina selatan ini walaupun terjadi terus menerus selama bertahun tahun tapi tidak sampai terjadinya perang itu karena adanya kerjasama antar Negara yang baik untuk menyelesaikan konflik.  

Referensi :
satu, dua, tiga, empat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun