Mohon tunggu...
febri khairul
febri khairul Mohon Tunggu... Novelis - All is well

Someday

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Mengenang Momen Ramadan di Era 2000an

2 April 2023   17:00 Diperbarui: 2 April 2023   17:12 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

2023 adalah bulan Rhamadan yang ke 1444 hijriah. Bulan Rhamadan adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu di setiap tahunnya karena bulan dengan keistimewaan nya serta nuansa nya yang berbeda dari bulan-bulan lainnya. 

Namun dengan seiringnya waktu bulan Rhamadan sudah tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, nuansa bulan Rhamadan saat ini sudah seperti bulan-bulan lainnya dan sudah jarang tampak dengan kemeriahan nya. Umurku yang saat ini sudah menginjak ke 25 tahun, begitu terasa dengan perbedaan pada tahun 2000an, bulan Rhamadan saat ini sangat jarang dengan kemeriahan nya. 

Mengingat pada tahun 2000an bulan Rhamadan begitu meriah dengan tradisi-tradisi nya,berbeda dengan generasi saat ini, dimana generasi saat ini dikenal dengan generasi nunduk atau dikenal dengan generasi gadget. Mari kita sedikit bernostalgia dengan masa kecil di era 2000an, dimasa itu banyak sekali tradisi-tradisi unik di setiap bulan ramadhan.

Pada saat itu setiap sore anak-anak kecil berkreativitas dan berkegiatan guna melepaskan lelah menahan dahaga. Sambil menunggu berbuka puasa, biasanya anak-anak kecil waktu itu berkelompok untuk membunyikan meriam bambu atau disebut dengan jedoran. 

Meriam bambu terbuat dari bambu yang berukuran sedang atau sedikit besar yang diisi minyak panas dan dipantik oleh api, lalu meriam bambu itu dapat mengeluarkan suara jedor yang cukup besar, disitu kami merasa bahagia walau permainan itu cukup sederhana namun begitu terasa meriah, biasanya kami memainkan meriam bambu hingga suara adzan terdengar. Ketika suara adzan terdengar maka kami mulai berpencar menuju kerumah masing-masing untuk berbuka puasa.

Tidak sampai disitu, kegiatan dan kreativitas kami tetap berlanjut. Dimalam harinya kami kompak menuju mushala dengan berjalan kaki guna mengikuti shalat trawih dan tak lupa setiap anak membawa buku amalan Rhamadan. 

Buku amalan Rhamadan adalah buku catatan ceramah pak ustadz yang dilakukan setelah shalat trawih, setelah itu kami lanjutkan dengan bertadarus bersama-sama. Biasanya kami mengkhatamkan Al-Qur'an bisa sampai 2 kali bahkan sampai 3 kali dalam sebulan. Ketika waktu sudah tampak larut, maka kami segera pulang untuk beristirahat.

Karena kegiatan kami tidak sampai disitu, sekitar pukul 3 kami bangun lagi dan itu kompak. Setiap anak pasti ketika keluar rumah membawa alat dapur, seperti ada yang membawa panci, ember, drum, derigen, wajan dan tutup wajan. Kami berkeliling desa untuk membangunkan orang sahur dengan suara irama alat dapur yang menjadi instrumen yang unik. 

Namun kadang kala ketika suara musik kami terlalu keras kami dimarahi warga, itu adalah hal yang wajar bagi kami, tapi itu adalah hal yang begitu mengasyikkan. Sebenarnya Saya pribadi sangat rindu serindu-rindunya dengan momen itu, hal itu mungkin bisa saja dibuat kembali namun tidak dengan kenangannya. 

Perlu diakui di era saat ini, anak-anak zaman sekarang sudah berbeda dengan zaman yang dulu, tuntutan zaman memang sulit untuk dielakan. Namun Rhamadan tetaplah Rhamadan kita wajib menyambut nya dengan suka ria. Karena Rhamadan adalah sebuah kerinduan. Semoga kita berjumpa Rhamadan di tahun berikutnya.Aamiin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun