Pantaiku yang sudah mulai rusak, sampah makanan, kulit kelapa, bungkus makanan, dan lainnya, bahkan pernah diriku yang tidak sengaja menginjak alat kontrasepsi, entah siapa yang tega merusak alam dengan prilaku tidak manusiawi seperti itu.
Pantaiku yang indah, aku masih ingat ketika kecil, suara deburan ombak begitu menggema di telinga, pohon pinus yang berbaris rapi, meneduhkan kepala kami dari sinar matahari, sambil duduk di bawahnya, aku memandang langit dan air laut yang biru jernih, sepi, tidak banyak kendaraan, hanya beberapa nelayan yang baru pulang dari menangkap ikan dan menjual hasil tangkapannya.
Itu dulu! 25 tahun yang lalu, ketika aku dibonceng ayahku menaiki sepeda motor bututnya, dengan pelan, kami menyusuri setiap langkah pantai yang indah, belum ada bangunan megah, belum ada Mall, belum ada pondok-pondok yang saling bertatapan menjulang tinggi, dengan tembok permanen, belum ada diskotik, dll.
Zaman telah berubah, Mall yang tinggi telah berdiri, setiap jengkal pondok rumah makan yang dibangun, payung-payung tempat anak muda memadu kasih, diskotik yang suara remixnya menggema, membuat pantai yang indah tidak lagi nyaman untuk dikunjungi.
Pasir yang kotor, berwarna hitam, tidak lagi putih, penuh dengan sampah dari ujung ke ujung, tiada lagi tempat untuk bercengkerama bersama teman, untuk kembali mengenang masa kecil yang indah dulu bersama ayah tercinta.
Sejak tamat SMA, bisa terhitung jari aku mengunjungi pantai di kotaku, entah mengapa aku lebih nyaman pergi ke daerah yang masih terpencil, bermain dengan alam yang masih asri, air pegunungan yang jernih dan dingin, dan suara alam yang masih asri.
Setiap libur lebaran tiba, akan tumpah ruah, orang-orang berbondong-bondong pergi ke kawasan wisata pantai di kotaku, mengajak keluarganya pergi ke sana, aku heran, apa yang mau dilihat? Aku sendiri pergi ke kawasan pantai hanya untuk menikmati Mall yang lumayan megah, makan dan menonton bersama sang kekasih hati, setelah itu kami pulang, hanya melihat ombak dari kejauhan, yang sepertinya mau bicara "Sampai kapan kalian terus membuang sampah!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H