Dan engkau yang melantur lindur
Saling membatu hingga diam satu jiwa
Saling sindir dan mengatur
Biarkan jiwa yang diam tidak lagi bicara
Tatapan kosong itu hanya berbohong
Ketika aku berkata kamulah sang pengisi ragaku
Mungkin jalan pergi adalah ruang
Ruang kosong yang bisa aku ikuti
Kini, semua waktu sudah berhenti
Saling berbagi itu itu pedih
Kamu yang posesif seharusnya tidak berkata marah lirih
Kamu yang cemburu, memerah di pipih
Membujuk seakan dunia harus aku raih
Engkaulah alasanku untuk tetap disini
Meski sang bumi sudah berbalik tindih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H