Mohon tunggu...
Febi Leticia
Febi Leticia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA sederajat

Pemburu ilmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh Globalisasi terhadap Tradisi Melukat di Bali

21 Januari 2025   22:24 Diperbarui: 21 Januari 2025   22:24 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Melukat merupakan salah satu bentuk kearifan lokal di Bali atau upacara yang biasa dilakukan oleh umat Hindu, yang dimaksudkan untuk menyucikan jiwa dari hal-hal tidak baik. Istilah melukat sendiri datang dari kata 'Sulukat', yang mana 'Su' artinya baik, serta 'lukat' artinya 'penyucian'. Jadi, secara sederhananya, melukat bisa kita artikan sebagai penyucian yang baik. Tradisi melukat tidak dilakukan hanya karena sedang trend saja. Namun, umat Hindu sudah melakukannya dari generasi ke generasi, sebagai salah satu cara untuk membersihkan jiwa dari hal-hal negatif. Tradisi melukat wajib dilakukan pada hari-hari baik, berdasarkan kepercayaan umat Hindu, seperti pada hari Kajeng Kliwon, hari Tilem, hingga hari Purnama. Biasanya, air yang digunakan untuk melukat ini berasal dari mata air, air laut, air sungai, pancuran air, atau air yang ada di rumah pendeta Hindu. Selain itu, untuk lokasi pengadaan melukat, juga dilakukan di tempat-tempat khusus yang ada di Bali. Beberapa di antaranya seperti Pura, tempat pemandian, laut, hingga tempat bersejarah yang berlokasi di Bali. 

Tetapi, seiring berkembangnya zaman yang turut memberikan suatu pembaruan atau pengaruh bagi kebudayaan nusantara kian menjadi tantangan tersendiri bagi kita, terutama dalam menjaga budaya asli milik Indonesia, hal ini juga terjadi pada tradisi Melukat di Bali yang sampai sekarang masih dipertahankan kearifannya agar tidak hilang ditelan zaman serta pengaruh budaya barat. Dampak globalisasi akan selalu memberikan pengaruh baik serta pengaruh buruk dalam kehidupan jika kita tidak mampu beradaptasi dengan perubahan zaman secara bijak, seperti yang kita tahu bahwa pulau Bali merupakan salah satu pulau yang sangat terkenal akan pesona alam serta kaya akan kebudayaannya bahkan hingga manca negara sehingga menarik para turis lokal maupun turis asing untuk mengunjungi pulau Bali. Hal inilah yang kemudian dapat memunculkan keuntungan maupun tantangan bagi mereka terhadap banyaknya wisatawan yang sedang berkunjung.

Terdapat beberapa dampak dari pengaruh globalisasi terhadap tradisi Melukat di Bali, yaitu :

  • Perubahan dalam Bentuk Pelaksanaan:  Globalisasi seringkali membawa perubahan dalam cara tradisi dilaksanakan sehingga hal ini dapat merubah tata cara yang sesungguhnya. Misalnya, terdapat kecenderungan bagi beberapa upacara melukat yang sebelumnya dilakukan di pura-pura tradisional atau mata air alami, kini dipindahkan ke tempat-tempat yang lebih mudah diakses oleh wisatawan secara bebas, seperti resort atau tempat-tempat wisata.
  • Pengaruh Gaya Hidup Modern:  Gaya hidup modern yang semakin sibuk dan praktis juga mempengaruhi kebiasaan masyarakat asli di Bali dalam melaksanakan tradisi mereka. Orang-orang yang sebelumnya rutin melakukan melukat dalam kehidupan sehari-hari atau pada hari-hari tertentu mungkin kini lebih jarang melaksanakannya karena kesibukan pribadinya atau pengaruh budaya instan yang lebih mendominasi sehingga kesadaran akan budaya kita sendiri sering diabaikan.
  • Komodifikasi Budaya:  Seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang tertarik dengan budaya Bali, praktik melukat sering kali dijadikan sebagai bagian dari pengalaman wisata. Beberapa tempat mungkin menawarkan upacara melukat sebagai bagian dari paket wisata, yang kadang-kadang mengurangi makna spiritual dari ritual tersebut dan bahkan lebih menekankan pada aspek komersial dan hiburan semata.

Nah, untuk mengatasi berbagai tantangan dari pengaruh globalisasi serta perkembangan zaman yang dapat menggeserkan identitas budaya maka masyarakat di Bali melakukan beberapa upaya dalam mempertahankan kearifan budaya mereka yaitu :

  • Masyarakat Bali serta lembaga keagamaan berupaya menjaga relevansi tradisi dengan cara memberikan pendidikan kepada generasi muda tentang pentingnya melukat bukan hanya sebagai upacara, tetapi juga sebagai bagian dari identitas budaya dan spiritual.
  • Agar tradisi lebih mudah diakses oleh masyarakat serta wisatawan, beberapa pelaksanaan melukat telah disesuaikan. Misalnya, upacara yang dulunya memerlukan waktu lama dan persiapan yang rumit kini bisa dilaksanakan dengan lebih sederhana, dengan tetap menjaga inti dari ritual tersebut. Selain itu, beberapa tempat memperkenalkan teknologi, seperti menggunakan media sosial untuk memperkenalkan makna dan nilai melukat secara luas.
  • Beberapa pura dan tempat suci di Bali kini mengembangkan pariwisata berbasis spiritualitas, di mana melukat tetap dijaga sebagai bagian dari kegiatan wisata. Supaya terwujudnya keseimbangan antara tradisi dan komersialisasi, serta memastikan bahwa upacara melukat tetap dilaksanakan dengan rasa hormat dan tidak kehilangan esensinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun