Mungkin di pikiran para pembaca kepribadian narsistik merupakan sebuah istilah yang berhubungan dengan eksistensi diri di media sosial, namun lebih dari itu ternyata narsistik merupakan gangguan kepribadian yang merupakan salah satu tipe penyakit kepribadian.Â
NDP atau Narcissistic Personality Disorder atau biasa disebut dengan gangguan kepribadian narsistik adalah gangguan psikologis yang dapat terjadi atau menyerang ketika seseorang memiliki rasa percaya diri yang amat tinggi dan menganggap dirinya merupakan seseorang yang sangat penting dan istimewa serta harus dikagumi.
Mungkin bagi sebagian orang memiliki kepercayaan diri yang tinggi merupakan sebuah keistimewaan yang tidak semua orang bisa memilikinya dan merupakan hal yang bagus, namun rasa kepercayaan diri yang tinggi dan berlebihan juga dapat menjadi boomerang bagi dirinya sendiri dan orang lain, kepercayaan diri yang berlebihan sehingga haus akan pujian dan hilangnya rasa empati merupakan hal yang salah, dan hal tersebut merupakan sebuah gejala adanya gangguan kepribadian narsistik.
Seseorang dengan gangguan kepribadian ini merupakan seseorang yang selalu merasa dirinya superior dan lebih tinggi daripada orang lain, hal ini menyebabkan dirinya selalu membanggakan apapun perncapaiannya yang mungkin bagi orang lain merupakan hal yang biasa.
Karena memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi, tak jarang dalam beberapa kasus pengidap gangguan narsistik ini selalu merasa bahwa dia adalah seseorang yaa ng sangat penting dan istimewa.
Di era milenial saat ini kepribadian narsistik ini tidak hanya terjadi pada remaja ataupun anak muda saja, banyak juga orang tua yang juga mengalami gangguan kepribadian ini, hal ini terlihat dari beberapa curhatan remaja-remaja di sosial media yang merasa bahwa mereka hidup di lingkungan orang tua ataupun lingkungan keluarga yang narsistik.
Bahkan banyak remaja ataupun anak muda yang sudah biasa hidup di lingkungan keluarga atau orang tua yang narsistik akan merasakan ketakutan, mereka merasa takut bahwa mereka akan menjadi orang tua narsistik seperti yang orang tua mereka lakukan, yang akan berdampak pada mental anak mereka seperti yang telah terjadi pada mereka.Â
Ketakutan ini dapat membawa dampak seperti banyak anak muda yang saat ini merasa takut untuk menikah dan memiliki anak, dampak lainnya dapat membawa hal yang positif dimana tak sedikit pula anak muda lainnya yang bertekad untuk memberikan lingkungan keluarga yang harmonis dan tidak narsistik pada anak mereka kelak, sehingga banyak dari mereka yang sebelum menikah atau sebelum mempunyai anak memilih untuk mengikuti kelas parenting dan benar-benar berhati-hati dalam pola asuh anak.
Namun sayang sampai saat ini masih banyak orang yang menyadari tentang kepribadian narsistik tersebut, masih banyak yang merasa bahwa hal tersebut adalah hal normal yang biasa dilakukan oleh banyak orang.
Padahal gangguan kepribadian ini dapat kita sadari dengan adanya ciri-ciri yang menjadi ciri khas adanya gangguan kepribadian narsistik yakni :
- Menganggap dirinya sebagai orang yang superior tanpa adanya pencapaian yang pantas.
- Memiliki pemikiran yang dipenuhi dengan fantasi mengenai sukses, kekuasaan, kepandaian, kecantikan atau ketampanan, atau mengenai pasangan yang sempurna.
- Menilai diri sendiri terlalu tinggi dibandingkan orang lain secara berlebihan.
- Memiliki kebutuhan untuk selalu dipuji atau dikagumi dan merasa istimewa.
- Menganggap bahwa dirinya pantas diberi perlakuan spesial dan bahwa hal itu sebagai suatu hal yang wajar di mata orang lain.
- Memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
- Tidak mampu untuk meraba rasa atau menyadari perasaan atau kebutuhan orang lain.
- Merasa cemburu terhadap orang lain dan merasa orang lain cemburu terhadap diri sendiri.
- Memiliki perilaku yang arogan.
- Menilai diri sendiri terlalu tinggi dibandingkan orang lain secara berlebihan.
Beberapa orang banyak berpendapat bahwa gangguan kepribadian narsistik ini bisa jadi disebabkan adanya pengalaman masa lalu atau masa kecil yang belum mendapatkan penyelesaian dengan baik atau biasa disebut kaum milenial dengan sebutan Inner Child. Inner Child ini dapat disebabkan oleh beberapa hal yakni kebutuhan anak yang belum terpenuhi, trauma masa kecil, sering mendapatkan kata-kata negatif di lingkungan hidupnya sedari kecil.