Mohon tunggu...
Febi Alfia Ulfa
Febi Alfia Ulfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jember Jl. Karimata No. 49 Jember, Jawa Timur, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Film

Black Mirror - Nosedive, Tawa Manipulatif Ubah Jati Diri

5 Januari 2022   12:08 Diperbarui: 5 Januari 2022   12:19 3161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di kisahkan bahwa kehidupan manusia yang bergantung dengan ratting seseorang. Penuh dengan tawa manipulatif, seolah kehidupan harus memiliki kesempurnaan yang nyata di mata semua orang. Serial Black Mirror episode Nosedive ini cukup membuat penontonnya menyadari bahwa hidup yang kita jalani saat ini tidak jauh akan hal itu, namun pada serial ini lebih di jelaskan secara rinci dan jelas bahwa kehidupan dunia saat itu sangat bergantung pada penilaian seseorang. Kita dituntut untuk selalu tampil perfectionis di depan semua orang, bahkan mereka tak segan memberikan ratting rendah kepada setiap orang yang menurutnya tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Secara tidak langsung mereka menilai setiap orang berdasarkan kasta ratting mereka, mereka dituntut untuk selalu menaikkan ratting agar dapat hidup nyaman, dan tidak membiarkan siapa pun itu mendapat kesenangan dan di pandang sebelah mata apabila memiliki ratting yang rendah, dalam hal ini secara tidak langsung kita di sentil pada kehidupan yang relatable, begitu ironis bahwa hidup kita bergantung dengan penilaian seseorang atau masyarakat sekitar kita.

Dampak dari teknologi yang di suguhkan dalam film ini membuat kita sadar bahwa teknologi sangat lah mengerikan, akan tetapi siapa di antara kita yang tidak sadar akan hal itu? pada akhirnya kita tetap memilih untuk menggunakan teknologi tersebut, bahkan di antara kita menjadikan teknologi sebagai “pendamping hidup”. Dalam serial ini mereka menjelaskan bahwa teknologi dapat bekerja separah dan sekejam ini, seolah-olah hidup kita bergantung pada penilaian seseorang dan hal itu sangat mengganggu pikiran saya. Dalam serial ini menurut saya pula di dominasi oleh senyum kepalsuan yang di suguhkan oleh Lacie (pemeran utama), terlihat jelas bahwa effort Lacie dalam meningkatkan ratting disertai senyum kepalsuan.

Dalam serial ini kita seolah-olah terjebak dalam society yang mendorong kita untuk bertingkah di luar emosional kita. Kita di tuntut untuk selalu bersikap baik dan ramah kepada setiap orang, dan hal ini menurut saya cukup relate dengan kehidupan kita, mungkin dalam bentuk pengaplikasiannya cukup berbeda bahkan tidak sama, akan tetapi hal tersebut cukup mendekati dengan permasalahan yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun