Selama ini sampah plastik hanya dipandang sebelah mata dan dibiarkan hingga terjadi pencemaran lingkungan. Nah, kali ini sampah plastik bisa jadi suatu karya yang bernilai dan bisa dimanfaatkan untuk fasilitas umum. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang menggandeng PT. Marimas, Bank Sampah Kota Semarang, Proklim Purwokeling, Saka Kalpataru dan Mahasiswa KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang untuk membuat beberapa kursi dan pot dari bahan utama ecobrick, Sabtu (09/10/2021).
Ecobrick merupakan hasil olahan sampah plastik yang dimasukkan kedalam botol plastik bekas dengan kepadatan tertentu yang memiliki nilai guna dan dapat dibuat menjadi kursi, meja, dan masih banyak lagi.Â
Pembuatan ecobrick juga ada tekniknya, sebab jika asal membuat dan tidak sesuai dengan ketentuan hasilnya akan cepat rusak dan tidak bagus. Sampah plastik dan botol bekas harus benar-benar bersih dan kering sebelum dimasukkan kedalam botol bekas. Hal itu untuk menghindari pertumbuhan bakteri dalam sampah plastik.
"Ecobrick juga tidak boleh sembarangan ditempatkan diluar ruangan, harus ada pelindung dari sinar matahari agar tidak terpapar langsung. Soalnya, plastik mengandung dioksin atau racun yang berbahaya. Nanti tidak jadi ramah lingkungan malah meracuni lingkungan" tutur Kak Eko.
Kursi dan pot di taman ecobrick ini berbahan utama ecobrick dan campuran khusus tanah liat. Fungsi campuran tanah liat disini yaitu sebagai pengganti semen, sedangkan peran ecobrick sebagai pengganti batu bata. Campuran tanah liat juga tidak sembarangan dakam membuatnya.
"Campuran tanah liat terdiri atas tanah liat yang sudah diuji dan memenuhi standar, kotoran kerbau atau gajah, jerami dan air. Mengaduknya tidak memaikai alat, melainkan memakai kaki agar lebih tercampur rata dan ramah lingkungan. Setelah bahan-bahan tadi dicampur kemudian di bentuk bulat-bulat agar lebih padat. Hasilnya bangunan menjadi lebih kokoh dan tidak mudah retak" jelas Kak Eko.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Sapto Adi Sugihartono mengungkapkan bahwa dalam pembangunan taman ecobrick ini membutuhkan 20.000 buah ecobrick yang dibuat oleh masyarakat dan komunitas Kota Semarang.Â
"Setiap botolnya berisi 250 gram sampah plastik. Jika dikalikan dengan 20.000 tadi, kita berarti sudah menyelamatkan bumi dan mengurangi sampah plastik sebanyak 5 ton" pungkas Pak Sapto.
Sementara itu, mahasiswa KKN RDR 77 Kelompok 43 UIN Walisongo Semarang mengikuti proses mulai dari membuat campuran tanah liat, membuat bangunan kursi dan pot, hingga finishing di taman ecobrick ini selama dua hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H