Mohon tunggu...
febi ratnasari
febi ratnasari Mohon Tunggu... Dosen - seorang pengajar keperawatan dengan fokus keperawatan ibu hamil, bersalin, post partum, bayi dan balita serta usia subur dan pasangan

seorang pengajar di bidang keperawatan yang sedang melanjutkan studi Doktoral di Lincolin University, Malaysia

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Short Message Services (Sms) untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan Ibu Prenatal & Postnatal

27 Desember 2013   10:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:26 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

SHORT MESSAGE SERVICES (SMS) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN IBU PRENATAL & POSTNATAL
Febi Ratnasari*
Abstrak
Millennium development goals (MDG’s) menargetkan penurunan angka kematian ibu dan bayi pada tahun 2015 sebesar 20% sehingga segala upaya dilakukan pemerintah untuk tercapainya tujuan tersebut. Keperawatan spesialis maternitas juga dituntut untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan agar tujuan pemerintah tercapai. Salah satu upaya yang dilakukan dengan memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan pasca bersalin dengan cara mengirimkan pesan teks melalui telepon selular. Cara ini tidak memerlukan koneksi internet dan biaya yang mahal dan dapat dilakukan dengan cepat dan terus menerus. Informasi yang disampaikan berupa perawatan selama kehamilan dan bersalin serta mengenal tanda kegawatan pada ibu hamil dan bersalin. Hal ini memberikan kemudahan informasi sehingga pengguna tidak harus datang kefasilitas kesehatan untuk mendapatkan informasi seputar kehamilan dan pascabersalin.
Kata kunci: Short Massage Service (sms), ibu hamil dan ibu pasca bersalin, keperawatan maternitas.
* Mahasiswa Magister Keperawatan Maternitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
I. Latar Belakang
Millenium Development Goals (MDGs) adalah program bersama yang disepakati oleh negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) termasuk Indonesia. Salah satu isi kesepakatan MDGs adalah mengurangi angka kematian bayi dan anak serta memperbaiki kualitas kesehatan maternal. Di Indonesia kualitas kesehatan ibu hamil, melahirkan dan nifas masih belum baik, dengan indikator masih tingginya angka kematian ibu (AKI). AKI pada tahun 2008 sebesar 228 sedangkan pada tahun 2010 sebesar 224. Berdasarkan prediksi regresi linier AKI di Indonesia sebesar 161, angka ini lebih tinggi dari target MDGs yaitu sebesar 102 pada tahun 2015. Kualitas kesehatan bayi dan anak juga masih belum sesuai dengan target MDGs 2015, angka kematian bayi (AKB) masih tinggi 36/1000 kelahiran hidup tahun 2002 dan 34/1000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Target MDGs hingga tahun 2015 menurunkan AKI dan AKB hingga 25% (Alamsyah, 2012).
Kesehatan ibu yang rendah, menyebabkan kematian ibu dan morbiditas akut. Thaddeus dan Maine (1994) mengatakan penyebab kematian ibu adalah keterlambatan; keterlambatan dalam mencari perawatan, keterlambatan mencapai fasilitas perawatan dan keterlambatan menerima perawatan yang memadai ketika mencapai fasilitas kesehatan. Salah satu strategi yang efektif untuk mengurangi jumlah kematian ibu adalah dengan menyiapkan pengetahuan ibu terhadap kondisi kesehatannya selama kehamilan dan kelahiran berikut komplikasi yang mungkin terjadi setelah kelahiran.
Peran serta berbagai pihak diperlukan untuk menurunkan AKI dan AKB. Peran tersebut di mulai dari pembuat kebijakan, penyedia pelayanan, fasilitas kesehatan, masyarakat, keluarga dan ibu itu sendiri. Peran pemerintah dalam membuat kebijakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi sudah dilakukan namun masih bersifat kuratif dan rehabilitatif seperti program PONEK dan PONED, program yang bersifat preventif dan promotif masih minimal.
Tindakan yang bersifat preventif dan promotif diperlukan untuk menyiapkan ibu menghadapi kehamilan, kelahiran, dan nifas, sehingga diharapkan status kesehatan ibu dan bayi meningkat. Upaya meningkatkan status kesehatan ibu dan bayi dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas melalui salah satu layanan tekhnologi seluler yang ada pada tekhnologi Global System for Communication (GSM) yaitu Short Message
Service (SMS). Penggunaan metode ini bukan tanpa alasan karena semakin banyaknya pengguna ponsel di Indonesia dan di dunia memungkinkan cara ini digunakan. (Cormick et all. 2012).
II. Tinjauan Pustaka (Literatur Review)
Penggunaan ponsel di seluruh dunia setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan, Pada tahun 2001 diperkirakan 1 miliar pelanggan dan pada akhir tahun 2008 diperkirakan ada 4 miliar pelanggan di seluruh dunia, 3,3 miliar pengguna ponsel di seluruh dunia tinggal di negara-negara berkembang. (Lewish, 2010). Menurut data Kementrian Komunikasi dan Informatika Indonesia (Kominfo) jumlah Penggunaan ponsel setiap tahunnya diIndonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2007 pengguna telepon seluler 47.827.000, tahun 2008 sebesar 65.259.619 dan pada tahun 2009 sebesar 81.608.839. Ponsel yang tersebar di seluruh dunia 98 % memiliki kemampuan menerima dan mengirimkan pesan teks .
Mobile technology telah digunakan secara luas di seluruh dunia, pemanfaatannya tumbuh dengan cepat, tidak hanya untuk komunikasi interpersonal, tetapi sebagai aspek penting sarana komunikasi bagi industri baik dibidang keuangan, pendidikan, dan pemasaran. Mobile technology juga semakin banyak digunakan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit (Lewish, 2010). Short Message Service (SMS) adalah teknologi telepon selular berbentuk pesan teks singkat dalam berkomunikasi yang ditransmisikan antar ponsel dengan bandwidth yang lebih rendah daripada panggilan telepon, dan biasanya terbatas sampai 160 karakter. (Terry, M., 2008).
Layanan pesan singkat (SMS) dinilai memiliki potensi untuk mempengaruhi perubahan perilaku seseorang dikarenakan efisiensi, biaya rendah, dan kemampuan untuk menyebarluaskan informasi kesehatan kepada populasi yang sulit dicapai sekalipun. Terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan rendahnya perawatan antenatal dan kematian maternal serta perinatal. Sms bisa menjadi strategi yang sangat berguna bagi negara berpenghasilan rendah dan berpenghasilan menengah untuk
meningkatkan pengetahuan ibu untuk melakukan perawatan antenatal dan postnatal. Seperti Text4-Baby yang telah berjalan di Amerika dimana pesan teks khusus kehamilan dikirim ke perempuan yang telah menjadi anggota untuk memberikan materi pendidikan selama kehamilan. (Cormick et all. 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cormick et all. 2012 tentang minat ibu hamil dalam penggunaan SMS ( layanan pesan singkat ) untuk perawatan perinatal dan postnatal menyatakan bahwa dari 147 orang ibu hamil, 140 orang ingin menerima pesan teks dengan informasi mengenai perawatan kehamilan. Ibu hamil yang bersedia menerima pesan teks akan mendaftarkan diri dan akan mendapatkan informasi mengenai perawatan diri, perawatan bayi, cara menyusui dan cara mengenal kegawatan saat kehamilan dan setelah kelahiran. Informasi yang diberikan satu sampai tiga kali dalam seminggu tergantung keinginan ibu. Konten teks lebih lanjut ditinjau oleh para ahli yang termasuk didalamnya perawat, dokter kandungan, perawat-bidan, dokter anak, ahli epidemiologi medis, profesional kesehatan mental, ahli gizi, konsultan laktasi dan ahli genetika klinis.
Penggunaan pesan teks kesehatan melalui sms tidak luput dari kelemahan, diantara kelemahannya adalah keterbatasan karakter pengiriman pesan teks yaitu maksimal 160 karakter, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi petugas kesehatan untuk membuat informasi mengenai perawatan kesehatan dengan jelas namun terbatas. Penerima pesan sms memerluka tingkat melek huruf (kemampuan membaca), penerima pesan sms tidak bisa membalas atau mengajukan pertanyaan sesuai dengan keinginan mereka.
Menurut Gupta, 2005 cara kerja sms seperti gambar dibawah ini:
UKM (Short Message Entity) yang ditemukan di jaringan tetap atau mobile station, menerima dan mengirim pesan singkat ke SMC (Short Message Center), SMC adalah entitas yang melakukan pekerjaan menyimpan dan mengirim pesan ke dan dari mobile station. Setelah itu SMS GWMS (SMS Gateway MSC) adalah MSC gateway yang juga dapat menerima pesan singkat dari SMC . Gerbang MSC adalah jaringan seluler yang berkontak dengan jaringan lain. Pada, GMSC menggunakan jaringan SS7 untuk menerima pesan singkat dari pusat pesan singkat dengan mengetahui posisi saat dalam bentuk mobile station HLR (home location register) .
HLR adalah database utama dalam jaringan mobile. HLR menyimpan informasi dari pelanggan yang berlangganan dari ponsel dan juga tentang informasi tempat pelanggan , yaitu daerah di mana ponsel saat ini berada . GMSC dengan demikian mampu menyampaikan pesan ke MSC yang benar. MSC (Mobile Switching Center) adalah entitas dalam jaringan GSM yang melakukan pekerjaan switching hubungan antara stasiun mobile atau antara stasiun mobile dan jaringan tetap.
Sebuah VLR ( Visitor Location Register ) sesuai dengan masing-masing MSC dan berisi informasi sementara tentang ponsel, informasi seperti identifikasi mobile dan sel (kelompok sel) di mana mobile saat ini berada. Menggunakan formulir informasi VLR MSC mampu beralih informasi (pesan singkat) ke BSS yang sesuai (Base Station Sistem , BSC + BTS), yang mengirimkan pesan singkat ke ponsel. BSS terdiri dari transceiver, yang mengirim dan menerima informasi melalui udara, ke dan dari mobile station. Informasi ini melewati saluran sinyal sehingga ponsel dapat menerima pesan bahkan jika suara atau panggilan data sedang terjadi.
III. Kesimpulan dan Rekomendasi
Memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang baik untuk ibu tidak berarti mudah diakses dan terjangkau, rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan sering dianalisis sebagai salah satu keterlambatan. Model Tiga Terlambat yang dikembangkan oleh Thaddeus dan Maine (1994), yang mengidentifikasi tiga fase keterlambatan: keterlambatan dalam mencari perawatan, keterlambatan mencapai perawatan dan keterlambatan dalam menerima perawatan
yang memadai ketika mencapai fasilitas kesehatan. Salah satu strategi yang efektif untuk mengurangi jumlah kematian ibu adalah dengan meningkatkan pengetahui ibu hamil akan perawatan selama kehamilan, bahaya kehamilan dan perawatan pasca kelahiran serta bahayanya.
Petugas kesehatan khususnya perawat spesialis maternitas dapat berperan dalam membantu perempuan mempersiapkan kelahiran dan mengantisipasi komplikasi, untuk mengurangi keterlambatan dengan memberikan informasi secara langsung, cepat dan murah melalui “genggaman” ibu hamil dan ibu nifas seputar kesehatan selama kehamilan dan pasca melahiran. Penggunaan telepon genggam (ponsel) dalam peningkatan pengetahuan ibu hamil dan pasca melahirkan akan menjadi pendekatan yang dapat diterima, hal ini dikarenakan perempuan memiliki akses ponsel dan komunikasi personal. Penyampaian informasi melalui sms mengenai perawatan selama kehamilan, persalinan sampai dengan mengenal tanda dan bahaya kehamilan dan persalinan berpotensi kuat untuk membuat perubahan perilaku karena dilakukan dengan sering, murah, dan cepat.
Penerapan pesan teks (sms) di Indonesia telah dilaksanakan namun keberadaanya belum luas dan belum dirasakan manfaatnya oleh seluruh ibu hamil. Salah satu yang telah dijalankan di Indonesia adalah program “Si Jari Emas” yang dilaksanakan di Karawang dengan berfokus meningkatkan pengetahuan ibu hamil serta program “Sigapku” yang dilaksanakan di RSUD Majalaya dengan berfokus pada pemberian informasi kepada bidan desa setempat. Program “Si Jari Emas” dan “Sigapku” adalah bentuk kerjasama pemerintah dengan pihak asing untuk memfasilitasi tercapainya tujuan MDGs 2015, namun hal ini akan menjadi upaya yang tidak maksimal jika keberadaanya tidak dilakukan pada setiap bagian darn wilayah NKRI. Peningkatan Pesan teks melalui sms diharapkan menimbulkan intervensi langsung yang dapat dilakukan ibu hamil untuk persiapan kelahiran dan persiapan pasca melahirkan serta mengenali tanda dan bahaya kehamilan dan kelahiran sehingga menekan tiga fase keterlambatan yang berpotensi besar meningkatkan mortalitas maternal dan neonatal.
.
Daftar pustaka
Alamsyah Effek (2012). Expending maternal and neonatal survival (EMAS). Buletin perinasia: tahun XVIII. No. 1.
Cormick, Gabriela. Kim, Natalie. A., Rodgers, Ashlei. Gibbons, Luz. Buekens, M. Pierre., et all. Interest of pregnant women in the use of sms text messages for the improvement of perinatal and postnatal care. 2012. Reproductive Health Journal.
Gupta, Punnet, 2005, Short Message Service: What, How and Where?, ,
Lewis, Heather Cole and Kershaw. Text Messaging as a Tool for Behavior Change in Disease Prevention and Managemen Trace. 2010. Epidemiol Rev. doi: 10.1093/epirev/mxq004
M. Terry. Text Messaging in Healthcare: the elephant knocking at the door. Telemed J. E. Health. 2008; 14(6):520-524.
Maternal and neonatal health program: birth preparedness and complication readiness: A matrix of shared responsibilities. Baltimore: JHPIEGO; 2001.
Module 6: Mobile Technology and Community Health Workers. www.uniteforsight.org. akses 28 oktober 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun