Kehadiran Yesus Kristus di dunia adalah untuk mewujudkan visi Allah dalam menyelamatkan manusia dari dosa yang dapat membawa kebinasaan kekal. Untuk mewujudkan visi tersebut, Allah tidak sembarangan memilih orang pertama yang menjadi cikal bakal keturunan yang akan melahirkan Yesus di dunia, tetapi Allah memiliki kriteria yang begitu ketat dan menyeleksi secara langsung.
Siapa orang yang terpilih itu? Â Dalam Injil Matius pasal 1 ayat 1-17 dengan judul hal Silsilah Yesus Kristus, disebutkan pertama adalah Abraham. Siapa yang tidak pernah mendengar cerita tentang Abraham, bapa orang beriman, yang mendapatkan ujian yang begitu berat tetapi dia berhasil lolos audisi dari Allah?
Bayangkan dalam penantian yang panjang untuk mendapatkan keturunan yang dijanjikan Tuhan, Abraham harus menunggu sampai berumur 100 tahun saat anaknya, Ishak lahir. Ujian iman Abraham bahkan bukan berhenti di situ, saat Allah memerintahkan Abraham untuk mengorbankan Ishak, anak tunggal yang sangat dicintainya dan telah ditunggu-tunggu selama puluhan tahun dalam iman dan kesabaran.
Hal yang paling luar biasa adalah ketaatan Abraham akan perintah Allah, tanpa ada komplain walaupun itu sesuatu yang sangat berat. Â Inilah poin penting saat Allah tanpa ragu-ragu lagi menetapkan Abraham dan keturunannya yang terpilih untuk menjadi bagian dari rencana Allah, dimana keturunan Abraham terakhir yang tercatat adalah Yusuf, suami Maria yang melahirkan Yesus. Â Walaupun saat Maria mengandung dari Roh Kudus, Maria dan Yusuf masih bertunangan dan mereka belum hidup sebagai suami istri.
Untuk menjalankan misi Allah, Yesus telah melakukan tugas yang diperintahkan Allah selama hidupNya sampai saat untuk menggenapi janji Allah yaitu Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Â Yesus menyadari bahwa dalam keadaanNya sebagai manusia biasa, Dia memiliki perasaan yang sama dengan kita, ada rasa takut ketika mengetahui bahwa saat untuk menyerahkan nyawaNya sesuai kehendak Allah telah tiba.
Dalam Injil Lukas pasal 22 ayat 44, disebutkan bahwa saat berdoa di taman Getsemani, Yesus merasa sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa, sampai peluhNya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Kondisi ini secara medis menunjukkan adanya tingkat stress yang ekstrim, namun Dia harus menjalaninya karena Dia harus mengorbankan diri untuk menanggung dosa manusia dan menganugerahkan keselamatan.
Apakah sebenarnya Yesus  bisa meminta dispensasi atau pembatalan kepada Allah Bapa untuk penugasan tersebut? Bisa saja mengingat Yesus adalah Anak yang dikasihi Allah Bapa, tetapi Yesus memilih taat mutlak kepada Allah, menyadari bahwa kehendak Allah yang harus dilakukanNya. Untuk itu Yesus rela disiksa, disalibkan dan mati di atas kayu salib untuk menebus dosa umat manusia, seperti tertulis dalam Kitab Filipi pasal 2 ayat 8 Â
    'Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib'
Tetapi tidak berhenti di situ, karena sesuai janji Allah bahwa Yesus Kristus telah menang atas kuasa maut dan akan bangkit pada hari ketiga.
Haleluya! Sang Mesias telah menuntaskan tugasnya untuk menebus dosa kita semua, dan telah memberikan teladan untuk taat mutlak kepada Allah. Sebuah karya terbesar dari Allah bagi umat manusia, yang rela memberikan anakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa tetapi memperoleh hidup yang kekal. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H