Lagi, pemberitaan Televisi Nasional dihebohkan kembali dengan telah tertangkapnya terduga teroris didaerah Subang, Depok (Jawa Barat) setelah sebelumnya Kepolisian berhasil menangkap terduga teroris di Cianjur, Bekasi dan Sukabumi.Â
Kesigapan Polri saat ini dalam memberantas dan menangkapi jaringan - jaringan teroris di Indonesia bukan tanpa alasan, hal tersebut dikarenakan saat ini para pelaku serta perilaku teroris sudah tidak dapat diterima oleh akal sehat manusia. Pemerintah dan masyarakat kini sangat - sangat mengecam tindakan pelaku teroris di Indonesia, selain mereka menggunakan anak - anak menjadi salah satu bagian dari rangkaian bom bunuh diri, para pelaku teroris pun kini telah menyasar masyarakat sipil.
Bila kita cermati kembali dari hasil penangkapan terduga pelaku teroris oleh Kepolisian, cukup mengejutkan, bahwa sebagian besar pelaku tertangkap di wilayah Jawa Barat. Dapat diketahui bahwa Jawa Barat adalah wilayah yang dimana masyarakatnya menjunjung tinggi nilai kesantunan, kesejukan, serta wilayah teraman, nyaman, damai dan tentram. Namun belakangan ini kerap pelaku teroris menjadikan wilayah Jawa barat tempat persembunyiaan bahkan dijadikan target tak waras dari para pelaku teror.
Mengapa Jawa Barat ? Menurut Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjajaran, Muradi. Masyarakat Jawa barat memiliki karakteristik masyarakat yang terbuka (Permisif), hal tersebut menjadi salah satu sebab mengapa pelaku aksi teror bersembunyi di tanah Pasundan. Terlebih ia juga menyampaikan bahwa ada tiga hal mengapa Jawa Barat kerap disebut "sarang teroris". Pertama ialah masyarakatnya permisif, kedua secara politik mereka juga permisif dan ketiga masyarakatnya punya kecenderungan menerima apapun yang dianggap punya kesamaan. "Katakanlah lantaran merasa seiman", ia menambakan suatu contoh, berkaca dari insiden ledakan di Kubang Bereum Kelurahan Sekajati Kecamatan Buah Batu Kota Bandung, menjadikan suatu bukti masyarakat sekitar permisif. Menurutnya ledakan yang notabene kawasan kontrakan, menjadi bukti pengawasan terhadap masyarakat pendatang kurang intensif dan situasi permisif ini menjadi kemudahan bagi pelaku aksi teror menetap untuk memuluskan rencananya. (RMOLJABAR. KAMIS 13 JULI 2017/ LANNIE RACHMAN)
Sangat disayangkan ketika saat ini mayoritas pelaku aksi teror kerap mengemas gerakannya dengan mengatasnamakan sebagai gerakan agama dan jelas bahwa setiap tindakan pelaku teror adalah tindakan intoleransi serta radikalisme. Dengan tegas Irjend Pol (Purn) DR. Drs. H. Anton Charliyan, MPKN (mantan Kapolda Jawa Barat), mengatakan bahwa tidak ada satupun agama yang mengajarkan terorisme, radikalisme dan terorisme bukanlah gerakan agama. Gerakan radikalisme, intoleransi hanyalah gerakan syahwat politik yang dimana ingin membenturkan agama dan negara.
Anton Charliyan yang kini sedang maju sebagai calon Wakil Gubernur Jawa Barat juga menyebutkan bahwa masyarakat janganlah sampai tertipu dengan topeng agama, memutarbalikan hadist oleh kelompok teroris yang kerap mengatasnamakan agama didalam setiap gerakannya. Hal tersebut tegas disampaikan oleh Anton Charliyan (ABAH) sapaanya didalam acara debat publik ke III yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Barat. Abah juga menyampaikan bahwa sudah selayaknya masyarakat Jawa Barat lebih menguatkan kembali nilai toleransi yang tinggi antar sesama ummat beragama dan sesama anak bangsa. Pancasila sebagai ideologi bangsa sudah sangat tepat dan Final di Indonesia, sebab jiwa yang terkandung didalam 5 sila Pancasila merupakan bagian dari nilai - nilai Universal Islam, dan nilai - nilai Pancasila terkandung didalam Al - Qur'an.
Sila Pertama pertama : Ketuhanan yang maha esa. (Surah Al - Ikhlash)
Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradap. (Surah Attin : 4)
Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. (Surah Alhujuraat : 13)
Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan : (Surah Asysyuura : 38)
Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (Surah Annahl : 71). Maka dengan nilai - nilai yang terkandung didalam Pancasila sudah mencerminkan seutuhnya kita hidup dalam berbangsa, bertanah air, serta kita yang berkehidupan saling menghargai satu sama lain dan menjunjung tinggi nilai - nilai toleransi akan sesama.
Dan dapat dicermati bersama ketika menyaksikan penampilan Abah didalam acara debat publik ke III, selain memaparkan program - program unggulannya Abah pun sangat konsen, memberikan perhatian khusus akan situasi keamanan, ketentraman, kedamaian di Jawa Barat. Sebab bagi Abah program unggulan yang ada tentu jauh lebih selaras berjalan dengan baik dan mengena keseluruh lapisan masyarakat apabila dibarengi oleh situasi keamanan, ketentraman, kedamaian yang terjaga di Jawa Barat. Meski didalam acara debat publik tersebut memiliki keterbatasan waktu dan belum sepenuhnya diuraikan secara rinci, akan tetapi masyarakat dapat dengan mudah memahami, maksud/tujuan dari setiap penyampaian - penyampaian Abah. Masyarakat pun sangat mengapresiasi atas penyampaian Abah tersebut, sebab Jawa Barat kini sedang merindukan sosok pemimpin yang dapat menciptakan Jawa Barat Aman, Jawa Barat Kondusif, Jawa Barat Sejahtera.
Banyak masyarakat pun menilai dengan pengalaman Abah pernah memimpin Jawa Barat sebagai Kapolda dan terbukti telah memberantas serta menangkap pelaku aksi teror di Jawa Barat. Kini, masyarakat meyakini bahwa majunya Abah sebagai Calon Wakil Gubernur Jawa Barat sangat tepat, sebab masyarakat saat ini membutuhkan sosok pemimpin Jawa Barat seperti Abah Anton Charliyan yang tegas, amanah, konsisten, bekerja dengan hati dan kerja nyata tanpa banyak bicara.
*FEBBY HELMISA RAMADHAN
KETUA UMUM FORUM PEMUDA PEDULI KAMTIBMAS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H