Mohon tunggu...
Mariska Febrianti
Mariska Febrianti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

think, write, and make it happen..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

TV?

3 Juni 2014   13:44 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:46 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Semua yang ada di alam semesta ini mempunyai peran dan fungsinya masing-masing. Pena fungsinya untuk menulis goresan-goresan ide dari penulis. Disaat zaman masih serba tradisional begitu orang menyebutnya, pena merupakan unsur penting dalam kehidupan tidak hanya untuk menulis tetapi juga sebagai elemen penting dalam mengabadikan sebuah karya maklum dulu teknologi belum secanggih sekarang komputer ataupun laptop belum berkembang pesat jadi baru kalangan atas yang memilikinya.

Pergeseran selalu ada,,masa transisi hingga perubahan,,sekarang pena bukanlah satu-satunya unsur penting untuk membuat sebuah karya dalam menuliskan ide tapi sudah berganti dengan gadget-gadget canggih dan juga laptop maupun komputer. Kepopuleran pena pun telah dikalahkan oleh mereka namun fungsinya tidak pernah berubah tetap menjadi alat untuk menulis. Seperti halnya televisi, awalnya ditemukan sebagai salah satu varian dari media penyampaian informasi dan terobosan baru di dunia informasi. Televisi pun mengalami masa-masa transisi menuju ke arah pembaharuan. Berawal dari prototype, layar hitam putih, berwarna hingga tv layar datar lcd dan led seperti sekarang.

Namun dengan adanya perkembangan itu tidak mengubah fungsi tv itu sendiri sebagai media untuk menyampaikan informasi. Hanya saja untuk saat sekarang ini selain menyampaikan informasi, media ini juga berfungsi sebagai hiburan bagi yang menontonnya. Ada berbagai macam acara yang disiarkan di televisi mulai dari musik, quis, motivasi, pencarian bakat, film hingga sinetron.

Nah disinilah terdapat kontroversi mengenai filter untuk program-program tv yang ditayangkan. Dengan jadwal penayangan hingga 24 jam penonton harus pandai-pandai memilih acara yang memang bermanfaat baik itu untuk menghibur maupun untuk mendapatkan informasi bagi mereka. Ini mengingatkan saya terhadap salah satu program tv black and white yang kemarin sempat tidak ditayangkan di tv, namun karena program tersebut lebih banyak memberikan manfaat kepada penontonnya baik itu berupa motivasi ataupun pengetahuan maka banyak yang berkicau di media social hingga program ini diputuskan untuk ditayangkan kembali.

Inilah negeriku, hal disoroti secara beramai-ramai akan cepat mendapat tanggapan, hal ini memang baik seperti dalam menyuarakan dukungan untuk program tv ini selain itu bisa juga untuk membantu sesama seperti koin untuk bilqis yang awalnya diinformasikan dari mulut ke mulut hingga disorot oleh media. Tapi bagaimana dengan sekarang, disaat banyak program tv yang seharusnya jam tayangnya tidak pantas untuk ditayangkan saat itu karena anak-anak sekolah masih menonton. Sinetron-sinetron berseliweran luas dengan membawa berbagai virus untuk generasi muda kita, haruskah orang tua yang disalahkan karena tidak mendampingi anaknya atau memfilter anaknya dalam memilih acara yang baik atau tidak untuk ditonton oleh mereka.

Bagaimana bisa mendampingi anak untuk menonton sedangkan acara yang ditayangkan kebanyakan mengangkat tema yang sama. Bahkan pemainnya pun merupakan idola anak-anak yang sangat digandrungi saat ini. Idola yang faktanya masih duduk di bangku SMP beradu acting dengan orang dewasa dan memerankan sebagai anak kuliahan dengan adegan yang sebenarnya tidak pantas untuk ukuran anak SMP. Lalu ada juga yang ceritanya memang dibuat sedemikian rupa oleh penulis yang awalnya menginginkan kesan romantis tapi apa yang terjadi bila sinetron itu ditonton oleh anak-anak?

Tidak heran memang apabila menemui anak-anak TK bahkan yang belum sekolah saat ini sudah mengetahui yang namanya pacaran. Karena memang zaman yang telah menggiring mereka masuk kedalam hal-hal seperti itu. Tidak diherankan lagi hal ini memiliki banyak keterkaitan salah satunya ke masa depan. Dulu masih ingat di memori saya saat menonton tv ada tulisan BO disudut kanan atau kiri atas pada layar tv menandakan acara tersebut ditonton dengan bimbingan atau pengawasan dari orang tua. Namun saat sekarang ini sulit sekali menemukan hal yang seperti itu mungkin kalaupun ada hanya tertera saat yang disiarkan adalah film kartun.

Ini adalah goresan keprihatinan saya terhadap orang-orang yang hobi menonton tv namun kecewa dengan acara yang banyak ditayangkan saat ini. Mereka lebih mementingkan nilai komersil daripada dampak dari yang mereka siarkan. Rating dinomor satukan, dengan mengabaikan beberapa aspek. Bahkan terkadang acara-acara yang bermanfaat dan motivatif justru perlahan-lahan disingkirkan. Memang zaman telah berubah untuk kita juga harus lebih pandai dan selektif dalam memilih. Kritis memang diperlukan demi menjaga keberlangsungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun