Febby Litta (No. 10)
“Mama.. aku takut. Jangan pergi lagi! ” kurangkulkan tanganku makin erat ke leher Mama. Mamaku yang cantik, satu-satunya yang aku miliki dalam hidupku. Mama menatapku sayang, menyunggingkan senyum manis lalu membelai rambutku lembut.
“Tidak sayang, Mama selalu disini menemanimu” ucapnya lirih.
“hiks.. janji? mereka bilang Mama sudah pergi. Mereka bilang aku bicara dengan setan Ma. Mereka jahat. Aku sudah bilang Mama ada di sini, tapi mereka tidak percaya Ma. Aku takut, tangan dan kakiku sakit. Mereka menyakitiku. ” aku menunjukkan pergelangan tangan dan kakiku yang memerah bekas ikatan.
Mata Mama berkaca-kaca, kemudian mengecup pergelangan tanganku lembut.
“Mereka belum mengerti sayang, bersabarlah, jadi anak mama yang kuat. Suatu saat nanti mereka akan mengerti dan kamu akan menemukan orang-orang yang menerima dan menyayangimu sepenuh hati”
“Iya Ma, Anna berjanji akan menjadi anak yang kuat Ma. Anna berjanji” Lagi-lagi aku memeluknya erat. Hingga kurasakan mataku mulai berat lalu terlelap, hangat dalam peluknya.
***
Byuuuuuurrrr..... aku tersentak... terbangun dari tidurku. Dinginnya guyuran air dan teriakan suara laki-laki membangunkanku.