Mohon tunggu...
febby ayu lestari
febby ayu lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kenaikan UMP Sebesar 6,5% dan PPN Sebesar 12% Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Indonesia Khususnya Kota Serang, Banten

18 Desember 2024   10:20 Diperbarui: 18 Desember 2024   10:19 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam beberapa bulan terakhir ini, kebijakan mengenai peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 6,5% dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang mencapai 12% telah menjadi perbincangan hangat. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang dampaknya, saya melakukan wawancara dengan Ibu Wati seorang warga kota serang yang bekerja sebagai buruh, dan Ibu Nur seorang pedagang kecil.
 
Pandangan ibu Wati tentang kenaikan UMP yang bekerja sebagai Buruh :
Ibu Wati berpendapat bahwa meskipun kenaikan UMP memberi harapan, dia merasa bahwa itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. "Kenaikan gaji 6,5% itu memang baik, tetapi harga barang-barang juga ikut melambung. Rasanya, peningkatan gaji ini hanya sementara," ucap Ibu Wati sambil tersenyum.
Ia mengatakan contoh beberapa bahan pokok yang harganya telah meningkat. "Seperti Beras, minyak goreng, dan telur semuanya jadi lebih mahal sekali. Anak saya yang sedang bersekolah juga memerlukan biaya lebih untuk membeli perlengkapan sekolahnya. Jadi, meskipun UMP naik, kami tetap merasa terbebani," tambahnya.
 
Keluhan ibu Nur terhadap kenaikan PPN sebesar 12% sebagai Pedagang Kecil :
Di sisi lain, Ibu Nur juga berbincang tentang bagaimana kenaikan PPN berpengaruh pada usahanya. "Sekarang, biaya untuk membeli bahan baku jadi lebih tinggi karena peningkatan pajaknya. Saya berjualan gorengan, tetapi harga minyak goreng saja sudah melambung tinggi. Jika saya menaikkan harga jual gorengan, banyak pelanggan yang protes" jelas Ibu Nur dengan nada kesal.
Ia mengakui bahwa ia harus berpikir kreatif agar dagangannya tetap laku tanpa kehilangan pelanggannya. "Terkadang saya mengurangi takaran porsi lebih sedikit agar harganya tidak terlalu mahal. Namun, jika harga barang-barang terus meningkat, itu akan semakin menyulitkan saya. Kami, para pedagang kecil merasakan dampaknya langsung dari semua ini," katanya.
 
Harapan Warga untuk Pemerintah :
Ibu Wati dan Ibu Nur sepakat bahwa pemerintah harus mengambil tindakan untuk mendukung masyarakat dalam menghadapi kondisi ini. "Kalau bisa, pemerintah memberikan subsidi untuk barang-barang dasar, supaya harganya tidak melambung. Jangan hanya fokus pada peningkatan UMP, tetapi juga pikirkan bagaimana masyarakat dapat merasakan kesejahteraan yang lebih baik," kata Ibu Wati.
Ibu Nur juga mengatakan, "Kami sebagai pedagang kecil juga sangat memerlukan dukungan dari pemeritah. Jika ada bantuan untuk bahan baku atau pengurangan pajak, itu akan sangat membantu. Jangan sampai kami pedagang kecil terus tertekan dan terbebani"
 
Kesimpulan
Kenaikan UMP dan PPN berdampak signifikan bagi masyarakat, terutama bagi para pekerja dan pedagang kecil. Meskipun dijalankan untuk meningkatkan kesejahteraan, kebijakan ini memerlukan langkah-langkah tambahan agar masyarakat tidak semakin terbebani. Diharapkan, pemerintah dapat mendengarkan suara rakyat kecil, seperti Ibu Wati dan Ibu Nur, agar kebijakan ini benar-benar memberikan manfaat bagi semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun