Mohon tunggu...
Febby Andillah
Febby Andillah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang Mahasiswa yang lagi semangatnya ingin selalu mencoba hal yang baru. Seseorang yang baru dalam Pembelajaran.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kegalauan Malam Minggu

1 April 2012   08:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:10 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam minggu adalah malam yg sering ditunggu-tunggu oleh beberapa kalangan orang. Mulai dari anak-anak, remaja, ataupun dewasa. Paling banyak bagi yang dalam proses pendidikan seperti sekolah dan kuliah. Dimalam ini lah mereka bisa beristirahat, enjoy, refreshing, menyegarkan pikiran dan menghilangkan kejenuhan selama sepekan dalam proses belajar mengajar.

Adapun malam minggu dimanfaatkan juga bagi remaja buat “NgDate” atau kencan sama pasangannya, party di café, nongkrong dipinggir kali dan main internetan, kebut-kebutan, berjudi dan banyak yang lainnya. Sebenarnya malam minggu dengan malam-malam yang lain itu sama. Bedanya Cuma di malam minggu jika bagadang, besoknya hari minggu bisa istirahat karena hari libur. Tergantung bagaimana kita menyikapi dan mengisi hari-hari dengan kegiatan yang positif dan bermanfaat. Marilah bermalam minggu dengan damai, melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, bermanfaat dan tidak keluar dari norma-norma tingkah laku yang semestinya.

Terkadang di malam minggu itu banyak sekali penyakit, pelanggaran terhadap norma-norma dan tindak criminal yang terjadi. Kita bisa lihat berbagai peristiwa yang ada disekitar kita. Saat itu tanggal 31 Maret 2012, bertepatan juga hari minggu di suatu daerah di kota P. Ada sebuah warung yang letaknya tidak jauh dari tempat ibadah “MESJID”, disini banyak anak muda yang bermain kartu entah berjudi atau tidaknya. Pada saat itu disaat adzan berkumandang di mesjid, saat itu adzan Isya, mereka tidak juga berhenti bermain seolah-olah tidak mendengarkan apa-apa. Seharusnya kita sama-sama menjaga, menghormati dan menghargai sesama Umat beragama. Itu mungkin diminta kesadarannya bagi pemilik warung dan pemuda yang lagi main. Kenapa orang-orang disekitar juga tidak ada yang menegurnya??* Bersambung..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun