Kehidupan masyarakat Bali yang tidak pernah lepas dari sarana upakara banten yang digunakan untuk mendukung upacara ritual baik untuk sehari-hari maupun upacara besar, membuat profesi tukang banten menjadi ajang mencari penghasilan.
Dahulu pekerjaan membuat banten dan membantu tetangga dalam menyiapkan sara prasarana upakara merupakan kegiatan sosial yang biasa dilakukan umat hindu di Bali. Namun kini pekerjaan tersebut bisa dijadikan profesi untuk menjadi sumber penghidupan serta membuka lapangan pekerjaan untuk warga sekitar.
Ibu Jero Putu Ani merupakan salah satu tukang banten di Desa Banyuning, Singaraja, Kabupaten Buleleng. Setiap bulan ada saja pesanan banten yang didapat baik banten untuk ritual sekala kecil seperti 3 bulanan, otonan, melaspas, nikah maupun ritual sekala besar seperti ngersi gana.
Ibu Jero Putu Ani menuturkan bahwa ia mulai belajar membuat banten sejak remaja. Dan setelah menikah ia sering membantu membuat  upakara banten di merajan keluarga. Sebelum ia memulai usahanya sendiri, ia pernah bekerja di salah satu usaha banten di dekat rumahnya.
 Keterampilannya dalam membuat banten terus meningkat  dan karena itulah saat ini ia memilih untuk membuka usahanya sendiri. Usaha yang dijalani Ibu Putu Ani ini sudah berjalan selama 5 tahun.
Saat ini Ibu Jero Putu Ani memiliki 2 orang karyawan yang membantu dalam proses pembuatan banten. Buruh banten yang direkrut Ibu Jero Putu Ani biasanya para wanita yang tinggal di sekitar rumahnya. Buruh banten yang direkrut harus sudah mahir dalam membuat banten karena mengajari buruh banten tidaklah gampang, karena kemampuan setiap orang berbeda. Sedangkan membuat banten butuh ketelitian dan keuletan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI