Mohon tunggu...
fajar dwinugroho
fajar dwinugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

pembelajar masa silam untuk masa depan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah dan Sosiologi: suatu Dialogue of the Deaf

14 November 2021   22:17 Diperbarui: 15 November 2021   11:19 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

  •  Istilah A dialog of the deaf dipopulerkan oleh  Peter Burke, tulisan ini ada di buku sejarah dan teori sosial yang ditulis oleh Peter Burke. Dalam bagian ini dijelaskan tentang dinamika yang terjadi antara sejarah, sosiologi dan juga teori sosial. Sebenarnya sejarawan dan sosiolog adalah tetangga yang tak selalu akur. Padahal secara intelektual keduanya merupakan tetangga dekat yang saling melengkapi. Sosiologi sendiri didefinisikan sebagai ilmu tentang masyarakat manusia, dengan titik berat pada generalisasi struktur masyarakat dan perkembangannya. Sejarah sendiri merupakan studi tentang masyarakat manusia dalam arti jamak, dengan titik berat pada perbedaan-perbedaan antar masyarakat dan perubahan-perubahan di masing-masing masyarakat dari waktu ke waktu. Kedua  pendekatan ini dianggap kontradiktif namun sebenarnya saling melengkapi. Sebenarnya kedua disiplin ilmu tersebut bisa bersatu yang mana kombinasi tersebut akan menghilangkan bentuk pengotak-kotakan yang sama-sama berpotensi lahir dari dua disiplin ini. Sejarawan yang biasanya mengkhususkan pada sektor dan masalah tertentu. Begitu pula dengan kalangan teoritis sosial dan sosiolog yang cenderung membuat generalisasi tentang masyarakat yang hanya berdasarkan pengalaman sezaman yang cenderung menyangkut waktu saja dibanding tempat yang kemudian  menggenaralisasinya. Seharusnya antar sosiolog dan sejarawan bisa melihat kelemahan mereka masing-masing yang kemudian  terjadi kombinasi yang saling melengkapi, namun sayangnya  masing-masing kelompok cenderung menilai jelek dan curiga yang berlebihan terhadap yang lain. Akibatnya pada beberapa dekade sebelumnya, kedua disiplin ilmu ini tampak kurang akrab dan bahkan cenderung berjalan sendiri-sendiri, dalam kata-katanya sendiri terjadi semacam a dialogue of the deaf. Hal ini menjadikan antara kedua disiplin ilmu tersebut saling bertentangan, yang semestinya bisa berkombinasi namun hal itu tidak terjadi dan memilih untuk bertahan di wilayahnya masing-masing dan tidak mau menggunakan teori dari ilmu lainnya. Hal itulah yang dinamakan terjadi dialog si tuli. Tulisan  ini juga dijelasakan tentang hubungan antara sosiolog dan sejarawan yang pada awalnya abad ke 18 tak ada perselisihan, banyak pemikiran dan pembahasan yang sistematik mengenai teori-teori sosial, kemudian para sarjana juga mulai banyak berpaling dari sejarah tradisional yang isinya perang dan politik dan mulai mengkaji tentang sejarah sosial. Namun pada abad 19 hubungan antara sejarah dan teori sosial kurang harmonis, sejarawan kian menjauh dari teori sosial dan meninggalkan sejarah sosial kembali kepada sejarah tradisional. Alasanya adalah sejarah sosial dijadikan alat propaganda kaum nasionalis, kemudian sejarawan kembali ke sejarah politik yang bersifat intelektual, kemudian juga prasangka buruk juga timbul kepada sejarah sosial dan juga adanya penolakan terhadap sosiologi. Pada abad ini sejarah sosial dianggap oleh sejarawan tidak dapat dikaji secara ilmiah. Kemudian hal yang hampir sama terjadi pada kalangan teori sosial mereka semakin kritis terhadap sejarawan. Kemudian dalam perkembangannya sejarah dan teori sosial mulai terjadi hubungan harmonis yang diawali oleh kalangan sejarawan mazhab annales yang mulai membahas kembali tentang sejarah sosial. Sejarah tidak hanya tentang orang-orang besar dan kejadian besar namun sejarah adalah milik semua umat manusia. Dengan mengusung kesamaan sosial ini tema-tema sejarah semakin berkembang terutama tentang sejarah sosial. Akhirnya a dialogue of the deaf mulai mencair kedua kalangan ini mulai menyadari bahwa mereka tidak bisa berjalan sendiri-sendiri keduanya saling membutuhkan untuk melengkapi kelemahan-kelemahan yang ada di keduanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun