Mohon tunggu...
Febi Megasari
Febi Megasari Mohon Tunggu... -

Writing,music, traveling lover...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dilema SARA Atas Terpilihnya Lurah Lenteng Agung

24 Agustus 2013   13:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:53 1385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membaca sebuah review di salah satu situs sosmed, adanya judul Ahok Tidak Akan Mencopot Lurah Lenteng Agung. Membaca perlahan ada apa, ternyata warga kelurahan lenteng agung tidak setuju terpilihnya seorang lurah perempuan yang beragama non-muslim. Actually, saya seorang muslim. Tapi jika saya sebagai warga lenteng agung, maka saya akan menerima lurah tersebut. Mungkin hal ini terdengar sara, tapi entah alasan apa warga sekitar tidak mau dipimpin oleh seorang lurah non-muslim.

Tidak masuk akal juga si alasannya, hanya karena berbeda keyakinan maka mereka minta lurah di ganti. Padahal bu lurah baru juga dilantik dan belum memulai masa dinasnya. Kecuali lurah tersebut melakukan tindak korupsi ataupun merugikan negara dan mempersulit warga dalam pengurusan kependudukan, wajar jika warga meminta lurahnya dicopot. Indonesia itu berlandaskan pancasila, kalau yang protes itu adalah warga berpendidikan, harusnya mereka tahu. Dalam UUD 45 pun dijelaskan di pasal 28E ayat 1, bahwa setiap warga negara bebas memeluk agama dan beribadat seusai agamanya. Dan lagi pula, Indonesia bukan negara penganut hukum Islam.

Sedih melihat bangsa yang katanya sudah merdeka, tapi masih mengkotak-kotakan suku dan agama. Sebagai negara demokrasi, sudah sepantasnya kita memperbaiki diri dan mencoba berpikiran terbuka. Walaupun banyak koruptor yang mengatasnamakan rakyat atas tindakannya, tapi setidaknya cobalah untuk bersikap lebih bijaksana dalam bertindak dan berbicara.

Buatlah Indonesia menjadi sebuah negara yang memiliki toleransi beragama yang baik, dan agar menjadi contoh untuk negara-negara lainnya tanpa ada diskriminasi SARA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun