Apa yang terlintas di benak anda ketika mendengar kata-kata di atas?
Belakangan kata RADIKAL melejit menuju puncak popularitas. Bukan berarti kata ini tak masih muda. Sudah berabad-abad kata ini beredar, hanya saja belakangan gaungnya semakin terasa.
Tak perlulah kita tutupi kenyataan betapa belakangan kata ini tak pernah menyinggahi telinga tanpa gaung negatif. Kata RADIKAL seolah telah menjadi seonggok kotoran yang memaksa kita untuk menutup hidung. Kata radikal telah menjadi momok, lakon yang buruk. Kata RADIKAL telah menjadi kata sifat khusus bagi segala sesuatu yang mesti dihindari, bahkan dibunuh dan dimusnahkan secepat mungkin.
Jika kita kaji kembali kata ini, kita akan berkenalan dengan yang istilah KATA NETRAL. Kata yang bersifat netral tidak condong ke arah positif atau negatif. Makna positif dan negatif hanya akan muncul ketika kata tersebut bersanding dengan kata lain yang tidak netral.
Ketika saya menyatakan ‘Saya adalah seorang laki-laki’. Apakah pernyataan ini positif? Atau negatif? Pada dasarnya kita tak bisa memutuskan dengan sepotong pernyataan di atas saja. Maknanya bisa menjadi positif, ketika misalnya kata ini saya ungkapkan ketika berada di sebuah kerumunan wanita renta yang tengah membutuhkan tenaga laki-laki. Pun pernyataan di atas bisa bermakna negatif ketika di sampaikan di sebuah tempat dimana kehadiran laki-laki tidak diinginkan.
Andai saya katakan, ‘Saya adalah seorang laki-laki radikal’. Bagaimanakah respon anda? Kemungkinan besar saya akan dihadiahi deretan muka masam. Oh, orang ini radikal, hati-hati! Lampu kuning langsung hidup di benak para pendengar, padahal sebenarnya pernyataan ini pada dasarnya sama sekali tidak berarti negatif. Mengapa?
Kata radikal itu sendiri berasal dari bahasa Latin: radix, yang berarti akar (root). Ketika kita rujuk KBBI, ia juga menyatakan bahwa radikal sederhananya memiliki makna: mendasar(sampai kepada hal yang prinsip). Tiada sama sekali penyematan makna positif, maupun negatif. Dengan kata lain, RADIKAL termasuk kata yang bermakna netral.
Ketika saya nyatakan, ’Saya adalah laki-laki radikal’, sebenarnya yang ingin sampaikan hanyalah bahwa saya adalah seorang laki-laki yang bertindak dan hidup sesuai dengan fitrah dan prinsip yang semestinya dimiliki oleh seorang laki-laki, tanpa menyalahinya sedikitpun. Justu jika kita pikir lebih jauh dan mengaitkannya dengan masalah-masalah normatif, pernyataan di atas mestinya lebih condong ke arah positif. Mengapa? Karena tak ada yang lebih baik dari pada laki-laki yang hidup sesuai fitrah dan prinsip sebagai seorang laki-laki, sebagaimana tak ada yang lebih bagus dari pada wanita yang berjalan sesuai kodratnya sebagai seorang wanita.
Makna negatif hanya akan muncul ketika pernyataan saya misalnya berupa, ’Saya adalah seorang PEROKOK RADIKAL’. Makna negatif ini muncul bukan dari kata RADIKAL itu sendiri, tapi dari kata PEROKOK. Andai kata PEROKOK diganti misalnya dengan PECINTA BUAH-BUAHAN, otomatis kata radikal tertarik ke arah positif. Pernyataan ini bermakna positif bukan karena kata RADIKAL mengusung makna positif, akan tetapi karena kata RADIKAL di dalamnya disandingkan dengan kata yang mengusung makna positif.