Dalam kesempatan itu, Dr Asrif juga menyampaikan materi tentang pilihan kata dalam media massa. Ia menyampaikan sejumlah kata dan istilah yang dicupliknya dari berbagai media massa.
"Pada satu halaman koran pernah ada penulisan kata 'ramadan' dalam dua versi, ada kata 'ramadhan' dan 'ramadan'. Hal ini tentu diupayakan tidak terjadi di setiap media massa. Dia mengingatkan bahwa kesalahan penggunaan kata bisa menimbulkan perbedaan arti," ujarnya.
Asrif yang memiliki sejumlah program dalam mengangkat bahasa Indonesia di Maluku menyatakan akan terus melakukan dialog kepada semua pihak atau pemangku kepentingan, di Ambon. "Kami akan melakukan berbagai pendekatan, terutama melalui pendekatan berbasis komunitas," ujarnya.Â
Kantor Bahasa Maluku tidak saja hanya menjaga penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar, tetapi juga melakukan langkah-langkah penyelamatan terhadap bahasa daerah setempat. "Kami sedang turun ke pelosok-pelosok untuk mendata berbagai bahasa yang hampir punah di Maluku. Secepat mungkin kami lakukan penyelamatan agar bahasa-bahasa tanah (bahasa daerah) di Maluku bisa lestari," katanya.
Asrif mengingatkan juga bahwa Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan bahasa dan budaya di daerahnya. Â
[caption caption="Setelah diskusi selesai, peserta dan pemateri berfoto bersama, Kamis (31/3/2016), di lantai 7 Hotel Everbright, Jalan Cenderawasih No 20, Kota Ambon, Maluku."]
Pemerintah daerah Maluku, yang diwakili oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi, menyambut baik kegiatan ini. Ia bahkan meminta Kantor Bahasa Maluku agar kegiatan semacam ini dilakukan tidak hanya sekali dalam setahun.Â
"Kegiatan ini penting agar para jurnalis memiliki kemampuan dan kompetensi dalam melakukan tugas jurnalistiknya, terutama dalam menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar," kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Maluku Ibrahim Sangadji sesaat sebelum membuka acara lokakarya tersebut.
Panitia lokakarya juga menghadirkan narasumber lain, yaitu L.F. Pessiwarisa, staf pengajar di Universitas Pattimura, Ambon. Ia menyampaikan materi terkait penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) di media massa. Adapun Herlin, peneliti kebahasaan di Kantor Bahasa Maluku, menyampaikan materi berjudul Problematika Kalimat.
Salah seorang peserta, Yulius Padaunan, reporter TVRI Maluku, mengaku sangat senang dengan lokakarya ini. "Saya berharap kami semua, wartawan yang ikut dalam kegiatan ini, bisa bertambah kompeten dalam menggunakan bahasa Indonesia. Ia mengingatkan agar para wartawan tidak perlu menggunakan kalimat-kalimat panjang, atau kalimat majemuk. Pembaca kasihan membaca kalimat yang beranak pinak," ujar Yulius.Â
Hadir pada acara itu Ketua FBMM Maluku Devy bin Umar.