"sudah 7 Tahun, gaji presiden tidak naik-naik" Begitulah ujar presiden SBY saat berpidato dalam Rapat Pimpinan TNI-Polri beberapa waktu yang lalu, ucapan yang sebenarnya bernafas humor itu (terbukti dengan adanya gelak tawa saat ucapan tersebut dilontarkan) justru berubah menjadi keseriusan yang dimulai dari ucapan "betul" Pak SBY sembari memasang mimik wajah serius dan bersungguh-sungguh, yang seketika itu juga menghentikan hangatnya gelak tawa saat itu. Lucunya lagi pernyataan tersebut kini justru dimaknai berlebihan oleh sebagian masyarakat kita, hal ini mengindikasikan kemampuan menilai masyarakat kita acap kali keluar dari konteks saat suatu peristiwa terjadi. Menurut saya pribadi, jika dinilai dari konteks keluarnya ucapan tersebut, ucapan Presiden yang mengatakan gajinya tidak naik-naik selama tujuh tahun itu justru merupakan ungkapan kesungguhan dan ketulusannya sebagai presiden, bahasa yang lebih sederhananya adalah: "gaji saya saja belum saya naikkan, namun gaji anda semua, para punggawa TNI-POlri sudah saya naikkan, ini merupakan bentuk kecintaan saya kepada anda semua" Namun, nampaknya, pemaknaan yang berlebihan dari sebagian masyarakat kita juga tidak bisa kita salahkan mentah-mentah, hal ini karena sebagian masyarakat tersebut menilai ekspresi dan cara penyampaian yang saat itu Presiden SBY lakukan adalah terkesan, sekali lagi terkesan, Pak SBY minta gajinya untuk dinaikkan, sebab ekspresi dan mimik wajah presiden saat itu sedemikian seriusnya. Bayangkan bila presiden menyampaikannya dengan cara yang lebih santai, lebih humoris, atau minimal menanggapi gelak tawa dari para hadirin yang hadir dalam Rapim TNI-Polri tersebut, saya percaya kesan presiden minta gajinya dinaikkan tidak akan muncul, atau kalaupun muncul, tidak akan seheboh sekarang. Serta bayangkan juga jika gerakan pengumpulan Koin yang bertajuk "Help Salary Presiden" tersebut ditanggapi dengan humoris pula oleh Presiden SBY, misalnya saja jika benar ada penggalangan dana, dan dana sudah terkumpul serta siap untuk diberikan kepada Presiden, maka menurut saya alangkah baiknya Pak SBY dengan legowo menerima sumbangan koin tersebut, namun cepat-cepat koin tersebut disumbangkan ke sebuah lembaga kemanusiaan ataupun gerkakan sejenis, yaitu penggalangan koin yang dilakukan oleh para Pelawak untuk membantu pemulangan TKI yang ada di luar negri. 'Ceremony Koin' itu juga diselenggarakan penuh suasana kekeluargaan dengan mengundang para tokoh agama yang sempat berselisih paham dengan pak SBY.Dalam acara tsb juga diisi oleh acara lawakan para pelawak-pelawak tanah air serta acara tsb disiarkan oleh media-media nasional, tentunya jika itu terjadi, bukan hanya masalah terkait gaji dan koin yang selesai, tetapi bisa juga menjadi media Rekonsiliasi nasional, untuk indonesia yang lebih bersinar. Karena itu, saya melalui tulisan ini, ingin memberikan sedikit saran kepada Pak SBY:Â "c'mon Mr.SBY don't take it so serious, santai saja" yakinlah pak, seluruh rakyat indonesia masih mencintai Bapak, terbukti pada Pemilu yang lalu, lebih dari setengah partisipan pemilu memihak Bapak, Â jadi apa yang Bapak takutkan? Selamat bekerja untuk Indonesia pak :) NB: Artikel ini terinspirasi oleh sebuah artikel santai dengan judul Politik Humor yang ditulis oleh Putu Setia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H