Mohon tunggu...
FBHIS UMSIDA
FBHIS UMSIDA Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Fakultas Bisnis Hukum dan Ilmu Sosial Terdiri dari Prodi Manajemen, Akuntansi, Hukum, Administrasi Publik, Bisnis Digital, Ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Nabila dan Anies Baswedan, Potret Sempitnya Lowongan Kerja di Indonesia

8 Agustus 2024   09:14 Diperbarui: 8 Agustus 2024   09:28 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc : Megapolitan Kompas

Fbhis.umsida.ac.id -- Menyempitnya lowongan kerja di Indonesia membuat masyarakat kebingungan, karena bertahan hidup juga membutuhkan kondisi financial yang berkecukupan.

Dikutip dari metropolitan.kompas, di arena Car Free Day (CFD), Jakarta, sebuah momen tak terduga memperlihatkan realitas sempitnya lowongan pekerjaan di Indonesia.

Seorang warga bernama Nabila (27) secara spontan menanyakan lowongan pekerjaan (loker) kepada Bakal Calon Gubernur (Cagub) DKI, Anies Baswedan, saat mereka makan bubur bersama. Kejadian tersebut berlangsung pada Minggu, (04/08/2024).

"Pak ada loker enggak pak? Siapa tahu bapak ada lowongan kerjabuat saya," kata Nabila sambil tertawa, namun nada cemas tak dapat disembunyikan dari suaranya. Ia juga meminta doa kepada Anies agar segera mendapatkan pekerjaan. "Doain, ya, pak, dapat kerjaan," ucapnya lagi. Anies hanya melempar senyum dan mengaminkan permintaan Nabila.

Menyempitnya Lowongan Kerja

Interaksi singkat ini menggambarkan kenyataan pahit yang dihadapi banyak warga Indonesia : sulitnya mencari pekerjaan yang layak. Nabila, seperti banyak pencari kerja lainnya, menghadapi ketidakpastian ekonomi yang kian mempersempit peluang mendapatkan pekerjaan yang sesuai.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran di Indonesia pada tahun 2024 masih berada pada angka yang mengkhawatirkan. Meski pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru, tantangan global dan domestik terus menjadi hambatan. Kompetisi yang ketat di pasar kerja, ditambah dengan keterbatasan keterampilan yang dimiliki oleh banyak pencari kerja, semakin memperumit situasi.

Faktor lain yang turut memperparah kondisi ini adalah ketidakseimbangan antara jumlah lulusan perguruan tinggi dan peluang kerja yang tersedia. Setiap tahun, ribuan sarjana baru dihasilkan oleh berbagai universitas di Indonesia, namun tidak semua dari mereka dapat segera terserap oleh pasar kerja.

Kesenjangan antara kebutuhan industri dan kemampuan yang dimiliki oleh para lulusan menjadi salah satu penyebab utama sulitnya mendapatkan pekerjaan.

Kisah Nabila juga mencerminkan realitas di lapangan, di mana banyak orang harus mencari pekerjaan di sektor informal atau mengambil lowongan kerja yang jauh di bawah kualifikasi mereka hanya untuk bertahan hidup.

Fenomena ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk perbaikan sistem pendidikan dan pelatihan kerja yang lebih sesuai dengan kebutuhan industri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun