Strategi Pemasaran Partai Gerindra dalam Pemilu 2024: Sukses atau Hanya Hype?
Pemilu 2024 sudah berakhir, namun perlu kita lihat juga bagaimana pemasaran politik di berbagai media semakin gencar dilakukan untuk menduduki kursi DPR. Salah satu partai yang menarik untuk dibicarakan dalam hal pemasaran politiknya adalah Partai Gerindra. Apabila dilihat dari strategi pemasaran politiknya yang inovatif dan kekinian, tujuan utamanya adalah untuk menarik perhatian generasi muda atau yang sering disebut Generasi Z, dengan menggunakan media sosial, memanfaatkan influencer, serta pembuatan konten menarik dari platform seperti Twitter, TikTok, dan Instagram.
Target audiens utama Gerindra adalah pemilih milenial dan generasi Z, antara pertengahan 1990-an hingga awal 2007-an. Cara tim marketing politiknya "menyentuh" target tersebut adalah dengan sangat aktif membuat konten serta membangun komunikasi aktif dengan netizen di kolom komentar media sosial. Konten-konten yang diproduksi dikemas dengan gaya yang kekinian dan menghibur, sesuai dengan selera anak muda saat ini.
Secara umum, pesan utama kampanye Partai Gerindra adalah memposisikan Prabowo Subianto sebagai calon presiden dan Partai Gerindra sebagai pemenang Pemilu 2024, dengan tagline "Gerindra Memang, Prabowo Presiden" sebagai visi misinya. Selain itu, mereka juga membangun citra sebagai partai yang memperjuangkan kesejahteraan rakyat kecil dan kemakmuran bangsa, dengan janji-janji seperti peningkatan kualitas pendidikan serta menegaskan bahwa kekuasaan tidak akan mengancam kekuatan politik manapun. Namun di sisi lain, tak jarang pula terpaan pesan kampanye bernada sentimen keagamaan dan politik identitas terselip di sana.
Keberhasilan pemasaran politik yang dilakukan Partai Gerindra dapat dilihat dari survei elektabilitas partai politik versi Data Riset Analitika yang menunjukkan bahwa Gerindra sebagai partai politik dengan elektabilitas tertinggi, yaitu 20,6%. Nampaknya strategi pemasaran massif dan tujuan utamanya untuk menyasar anak muda cukup ampuh menarik perhatian. Bukti nyatanya adalah hasil pemungutan suara Pemilu 2024, di mana Gerindra menduduki posisi ketiga (20.071.708 suara atau 13,22%) di bawah Partai Golkar. Hal ini menunjukkan bahwa Partai Gerindra berhasil dalam membangun kepercayaan masyarakat dan strategi pemasaran mereka cukup efektif.
Meski demikian, perlu diingat bahwa keberhasilan pemasaran politik tidak lantas menjamin dukungan nyata dalam bentuk perolehan suara. Pemilih dalam menangkap substansi program kerja dan rekam jejak calon-lah yang akhirnya menentukan. Pemasaran politik yang terlalu massif juga berpotensi menjadi kontraproduktif jika masyarakat merasa terlalu "dibombardir" iklan politik hingga menimbulkan antipati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H