Mohon tunggu...
Fazri DwiSantoso
Fazri DwiSantoso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif Universitas Jenderal Achmadyani Cimahi

Memiliki hobi nyanyi, membaca buku, menulis puisi dan membuat lagu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Melepas

8 November 2022   13:47 Diperbarui: 8 November 2022   13:52 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tahun berganti
Waktu berlalu melahap aku ke dasar rasa yang menahun
Yang melelapkan aku dalam sepinya menunggu

Aku dikoyak rindu
Aku Merengek pada semesta yang enggan memberi tahu

Aku diburu tanya yang mengudara liar diatas kepala--
Yang menodongkan belati dengan gagah dan tak tahu waktu
Dan Yang membelungsang dikala sore telah berlalu

Aku menanti jawaban yang entah kapan,
Yang entah datang atau tidak
Yang entah ada; atau barangkali sekedar dipersiapkan untuk ku

Dan Aku mulai menata diri
Kala malam memicu kecamuk pikiran yang ragu
Pikiran yang mempertanyakan "Untuk apa dan sampai kapan?!"
Tapi aku menepisnya dengan rasa yang optimis

Waktu bergulir amat lambat--
Tapi  jawab turut hadir disana

Tahun berganti--dan aku mulai mengerti
Semesta pun memekikkan aksara pada ku
"Itu tak ada pada mu. Pada kau tak ada apa pun!"
Begitu semesta membeberkan dan aku memakinya sembari tangan mengepal
Angkara melahap ku untuk beberapa saat

Aku bergeming di persimpangan jalan yang sunyi
Dengan tubuh gemetar--aku mendeklamasikan sajak perihal pelik, ragu dan resah

"Kepada mu aku berterima kasih. Terima kasih atas waktu yang telah kau beri. Terima kasih karena bersedia aku cintai meski kau tak mencintai. Terima kasih karena telah bersedia mendengar cerita ku yang mungkin basi . Terima kasih telah mempersilahkan aku mendengar segala kerisauan diri mu. Terima kasih karena telah mewujud renjana yang meski tak utuh buat ku. Dan terima kasih untuk apa pun yang belum pernah terjadi."

Kemudian Sajak ini menggema diantara ruang yang sesak
Bersautan dengan nestapa yang memaki rasa ku

Kepada rindu...
Berbahagialah
Sembuhkan lah luka yang tak bisa aku sembuhkan

Aku menyadarkan aku
Bahwa Aku bukan dermaga tempat kau melabuhkan rasa
Bahwa aku bukan rumah untuk kau merebahkan lelah
Dan bahwa aku bukan buku untuk kau menuangkan resah atas pelik yang menyapa

Sekian saja dan aku tak berpaling
Menanti di dalam ruang yang teramat sempit
Menanti sembari merajut kembali asa dengan sabar
Dan membasuh rasaku agar tak mengering

Subang, April 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun