Mohon tunggu...
Fazlina SilviBaroroh
Fazlina SilviBaroroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - fazlina silvi baroroh

Fazlina Silvi Baroroh prodi Gizi Fakultas Psikologi Dan Kesehatan UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rumah Adat Suku Nias

30 Juni 2021   10:03 Diperbarui: 30 Juni 2021   10:11 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Wordpress.com

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai keragaman budaya, suku bangsa, ras,
etnis, agama maupun bahasa daerah, Indonesia menjadi salah satu Negara di dunia yang memiliki
banyak suku bangsa. Beberapa suku terutama suku-suku pedalaman yang masih mempertahankan
berbagai seni budaya di Indonesia serta adat istiadat meskipun sudah mulai adanya budaya luar
yang masuk. Sehingga beberapa suku di Indonesia mendapat perhatian lebih dari bangsa luar untuk
mempelajari berbagai hal terkait dengan kehidupannya. Salah satunya yang cukup menyita
perhatian bangasa luar adalah suku nias. Suku nias merupakan suku baru (pendatang) di kota
padang. Keberadaan mereka di padang sudah cukup lama yakni sekitar 500 tahun. Sebagai suku
baru (pendatang) mereka harus bisa beradaptasi dengan penduduk asli di padang. Dalam proses
adaptasi mereka banyak menemukkan hal hal baru yang mendorong untuk membentuk sebuah
identitas baru yang dinamakan dengan istilah Hada Nano Niha Wada (Adat Nias Padang). Nias
merupakan daerah kepulauan yang memiliki pulau pulau kecil sebanyak 27 buah. Banyaknya
pulau-pulau kecil yang dihuni oleh penduduk adalah sebanyak 11 buah, dan yang tidak dihuni ada
sebanyak 16 buah. Luas pulau nias adalah sebesar 3.495,40 km2, sejajar dan berada di sebelah
barat pulau Sumatra serta dikelilingi oleh samudra Hindia.

Masih banyak penduduk asli dari suku nias mempertahankan kebudayaan suku nias. Penduduk suku nias juga memiliki beberapa kebudayaan yang sering menarik wisatawan baik luar maupun manca Negara untuk mengunjungi nias, salah satu kebudayaan suku nias yang menarik wisatawan adalah rumah adat suku nias, rumah adat nias dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu Omo Sebua (rumah raja) dan Omo Hada (rumah rakyat biasa).

Omo Sebua

Omo sebua adalah rumah yang hanya dibangun untuk kepala desa dan letaknya ada di pusat desa.
Pembangunan omo sebua dilakukan di atas tumpukan kayu ulin besar dengan atap yang
menjulang, siri khas oma sebua terletak pada bagian atap yang curam dengan tinggi mencapai 16
meter. Atap memiliki pelana dibagian depan dan belakang yang efektif melindungi rumah dari
hujan. Omo sebua pada umumnya berada di bagian tengah dari salah satu deretan rumah di desa
tradisional. Omo atau rumah tanah yang tinggi. Pada bagian depan dan belakang desa terdapat
gerbang masuk berupa tangga naik. Kemiringan lereng dan jumlah anak tangga berbeda beda,
tetapi berdasarkan intruksi bervariasi antara 20 hingga 80 anak tangga, tergantung pada kontur
tanah yang dilalui.

Omo Hada

Sumber: Wordpress.com
Sumber: Wordpress.com

rumah omo hada adalah rumah yang digunakan sebagai rumah tinggal rakyat biasa. Berbentuk
rumah panggung dengan atap menjulang tinggi berbentuk kerucut. Tiang, lantai, dan
dindingbangunan terbuat dari kayu, sedangkan atap dari daun rumbia, namun sekarang pada
umumnya telah diganti dengan seng. Denah bangunanpersegi empat persegi panjang. Antarabalok
kayu satu dan balok yang lain tidak dengan sistem pasak, tanpa menggunakan paku. Tiang-tiang
kolong terbuat dari batangkayu size besar, dipasang dalam jarak yang rapat dalam kombinasi dua
cara, yaitu vertikal dan diagonal. Hal ini adaagar rumah-rumah tahan terhadap gempa bumi yang
memang sering melanda Pulau Nias. Tinggi tiang kolong pada omo hada berkisar 2meter,
sedangkan tinggi tiang kolong pada omosebua berkisar 3 m. Dinding pada bagian depan rumah
menjorok keluar dengan lubang ventilasi udara yang lebar. Ventilasi ini sekaligus berfungsi
sebagai jendela untuk membuka keadaan di depan rumah. Kisi-kisi jendeladipasang dengan reng
kayu horizontal. Sedangkan atapnya mengerucut tinggi dengan kemiringan atap yang curam.
Ujung bawahatap melewati batas dinding untuk memberi perlindungan dinding dari cucuran air
hujan. Jendela dan ventilasi di samping rumah tidak ada karena jarak yang rapat antara rumah yang
satu dengan yang lain. Dan juga Berbentuk persegi dengan pintu yang menghubungkan satu rumah
dengan rumah lainnya, dengan adanya pintu ini warga dapat berjalan disepanjang teras rumah
tanpa harus turun ke tanah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun