Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sulitnya Mencintai, Tuan

17 April 2017   20:16 Diperbarui: 17 April 2017   20:49 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tuan mau dengar kisah di kampung kami? Sebuah kisah yang berhubungan dengan sulitnya kami bisa mencintai Tuan. Sampai-sampai kami tak peduli apapun kata, tindakan, dan kabar apapun tentang Tuan. Baik buruk Tuan masa bodo buat kami.

[caption caption="Sumber: http://likesuccess.com/topics/29034/who-i-am"][/caption]

Kenapa kami sulit mencintai Tuan? Begini ceritanya.

Tuan tidak mengenal kami dengan baik. Tuan hanya ingin dikenal, didengar, diikuti, dipenuhi maunya Tuan. Tuan sering berbicara berbuih-buih, bicara mimpi-mimpi masa depan, tapi untuk urusan jaga harga panen kami agar tak anjlok, Tuan tak bisa penuhi. Kami petani Tuan, jangan jejalkan mimpi yang tak ada kaitan dengan kepetanian kami.

Tuan kadang berbicara semangat maju, aktif, optimis, berkarakter, berdaya saing dan apalah-apalah, tapi untuk membuka ruang gerak kami yang lulus SMA ini saja, Tuan selalu bikin kecewa kami. Pantas kami kecewa kan Tuan?

Kami pengangguran Tuan. Baru tamat SMA. Tak bisa kuliah, otak kami bodoh kata siapa saja. Tak bisa kerja otak dan otot kami karena tak punya skill kata mereka. Tak bisa bertani, karena modal tak ada. Ada panen, rugi. Gagal karena banjir, hujan, atau harga turun. Malas banget bertani.

Oh Tuan merasa capek dan putus asa kami. Makanya banyak kami tak suka bertani. Ada juga yang mau bantu modal bertani, dan digaji setelah tiga bulan setelah panen. Mana bisa begitu Tuan. Kebutuhan mesti dipenuhi tiap hari. Emang hari-hari kami mau makan apa?

Bagaimana dengan saya? Tuan pasti tentu lebih-lebih tak kenal saya. Siapalah saya. Gak penting. Ada tiada tak terlalu berarti bagi Tuan. Tapi akan saya coba bikin diri punya arti pada Tuan. Biar Tuan ingat saya. Ingat karena cerita saya ini.

Banyak cerita dari pengalaman saya, Tuan. Langsung jadi saksi di lapangan yang mana Tuan sendiri sudah jarang turun lapangan, kecuali pas kampanye dulu. Sekarang sibuk antargedung saja.

Tuan juga tentu tak nyaman turun lapangan. Sangat risih ya Tuan berakrab sama kami. Kenapa Tuan? Kami pengemis ya di mata Tuan? Takut diminta ini itu? Jawab dalam hati Tuan saja sendiri.

Tuan mau dengar cerita saya lagi? Siap tidak? Soalnya cerita gak enak ini Tuan. Soal dunia remaja yang saya lihat langsung. Saya anggap siap. Pemimpin harus kuat katanya. Tuan tentu kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun