Pekerjaan adalah kebutuhan pokok di zaman kini, terkhusus yang tinggal di kota. Hancur diri hidup di kota yang apa-apa duit sementara pekerjaan yang menghasilkan uang tak punya; tak ada kebun atau hutan buat dipanen.
Tanpa pekerjaan, sementara keinginan dan kebutuhan mendesak-desak dipenuhi, akhirnya menyelewengkan diri dari norma, aturan, hukum. Bayangkan jika itu terjadi pada remaja SMA dan lulusan SMA yang menganggur di kota, sementara jajan tak cukup atau tak diberi ortu.
Keinginan, kebutuhan, keperluan, pleasure, kadang tak bisa dibedakan remaja. Semua menjadi satu untuk dipenuhi menjadi satu sebutan: KEBUTUHAN. Sepatu baru, sendal baru; celana baru, model baru; baju baru model baru; pewangi, deodoran, minyak rambut, pernak-pernik ini itu, biaya pangkas rambut, pulsa, smarphone, pulsa internet, pulsa telpon, motor (servis motor), bensin, modifikasi motor, biaya kongkow-kongkow, rokok, traktir si doi, hadiahin si doi, jalan-jalan, hiburan, dan bla-bla...
Bayangkan remaja ini nganggur, terus tadah tangan ke ortu minta uang. Di rumah makan mandi berak tidur, lalu keluyuran. Muncullah hawa panas di rumah.
"Kerja kerja kerja!" teriak ortu.
Perang mulut di rumah. Stres si remaja. Pergi ke kawannya, ke gengnya. Tapi motor, bensin sekarat, telpon ke kawan minta jemput, tak ada pulsa, hp error-error pulak, di rumah makin sumpek, keluar rumah tak bisa. Kiamat dunia.
"Emang gampang cari kerja, mak? Noh, yang S1 aja nganggur, apalagi ijajah es-em-aaa."
"Bantu bokap lu sono biar dpt duit!"
"Emoh. Direpeti mulu ma babe!"
"Ya udah, kerja ma orang sono!"
"Emoh. Disuruh-suruh, dikerjai kita, gak dihargai, babu kita. Gaji dikit. Gak asik."